Kumpulan Berita maluku tengah

Manusela, Maluku Tengah (MataMaluku) – Potret pendidikan di Negeri Manusela, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, masih jauh dari kata layak. Selama puluhan tahun, anak-anak di daerah terpencil yang dijuluki “negeri di atas awan” ini harus menimba ilmu di sekolah sederhana berdinding papan rapuh dan berlantai tanah.

Sekolah dasar yang dimaksud adalah SD Yayasan Pembinaan Pendidikan Kristen (YPPK) Manusela, berdiri sejak 1987 melalui program Operation Raleigh 10F. Berlokasi di dalam kawasan Taman Nasional Manusela, sekolah ini berada di tengah pemukiman warga dan hingga kini menampung sekitar 43 siswa yang belajar di tujuh ruang kelas.

Untuk mencapai Negeri Manusela bukan perkara mudah. Dari arah selatan Pulau Seram, perjalanan harus ditempuh selama dua hari, sementara dari arah utara butuh waktu tiga hari. Kondisi geografis yang terisolasi ini membuat akses bantuan dan pembangunan infrastruktur pendidikan seringkali terhambat.

Bangunan Rapuh, Atap Bocor, Lantai Masih Tanah Raja Negeri Administratif Hatuolo, Rudolf Itihuny, yang juga alumni SD YPPK Manusela, menuturkan kondisi sekolah sangat memprihatinkan. Saat berkunjung pada 17 Agustus 2025 lalu, ia mendapati sebagian besar bangunan sudah lapuk termakan usia.

“Lima ruangan terlihat rapuh, meja kursi tak terawat, bahkan sebagian masih berlantai tanah. Dulu bangunannya bercat putih dengan dinding papan, sekarang banyak yang ditambal dengan gaba-gaba (pelepah daun sagu),” ungkap Rudolf.

Ia menambahkan, empat ruang awal dibangun sejak sekolah didirikan, namun renovasi terakhir dilakukan lebih dari 20 tahun lalu. Akibatnya, beberapa kelas masih beratapkan daun sagu, sementara atap seng di tiga ruangan lain pun sudah rusak.

Tenaga Pengajar Terbatas Persoalan lain datang dari sisi tenaga pendidik. Wakil Kepala Sekolah SD YPPK Manusela, Yones Franky Latumutuany, mengungkapkan sekolah menghadapi berbagai keterbatasan, mulai dari fasilitas, perabotan, hingga tenaga pengajar yang minim.

Saat ini, seluruh siswa yang berjumlah 43 orang berasal dari Negeri Manusela. Rinciannya: kelas I (5 siswa), kelas II (12 siswa), kelas III (10 siswa), kelas IV (3 siswa), kelas V (6 siswa), dan kelas VI (7 siswa).

Latumutuany, yang sudah mengabdi sejak 2007, juga mengaku mengalami kendala saat mengikuti seleksi PPPK karena namanya tidak terdaftar dalam Data Pokok Pendidikan (Dapodik). Hal ini semakin menambah peliknya persoalan pendidikan di daerah tersebut.

Asa di Negeri di Atas Awan Meski dengan segala keterbatasan, semangat belajar anak-anak Negeri Manusela tak pernah padam. Begitu juga dedikasi para guru yang tetap mengajar dengan penuh pengabdian.

Mereka berharap ada perhatian serius dari pemerintah maupun pihak terkait agar SD YPPK Manusela bisa berdiri kokoh dengan fasilitas yang layak. Dengan begitu, generasi muda di negeri di atas awan ini dapat menikmati hak pendidikan sebagaimana mestinya, sejajar dengan anak-anak Indonesia lainnya. MM