Jombang (MataMaluku) – Puluhan warga keturunan Tionghoa yang tergabung dalam Perkumpulan Boen Hian Tong asal Semarang, Jawa Tengah, melakukan ziarah ke makam Presiden ke-4 RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dalam rangka peringatan tradisi Ceng Beng, Sabtu (31/5).
Tradisi Ceng Beng atau Qingming Festival dikenal sebagai momen tahunan bagi masyarakat Tionghoa untuk menghormati leluhur dengan berziarah ke makam. Namun, ziarah kali ini menjadi istimewa karena ditujukan kepada Gus Dur, tokoh nasional yang dikenal sebagai pelindung hak-hak minoritas, termasuk etnis Tionghoa.
“Gus Dur diberi gelar sebagai Bapak Tionghoa Indonesia. Maka dari itu, kami sepakat untuk berziarah ke makam beliau sebagai bentuk penghormatan,” ujar Asrida Ulinuha, juru bicara Boen Hian Tong Semarang.
Ziarah ini merupakan kali pertama dilakukan oleh komunitas Boen Hian Tong ke makam Gus Dur yang terletak di kompleks Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Rombongan memulai kegiatan dari area parkir kompleks makam dengan membawa spanduk bertuliskan “Ceng Beng Gus Dur”. Diiringi alunan musik tradisional Tionghoa, mereka menyapu jalan yang dilalui sebagai bentuk penyucian, sambil mengarak papan arwah menuju makam.
Sesampainya di lokasi, rombongan disambut oleh Gus Riza Yusuf, salah satu pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng. Upacara penghormatan pun dilanjutkan dengan doa bersama sesuai keyakinan masing-masing peserta.
Papan arwah ditempatkan di titik khusus yang telah disiapkan di dekat makam, sementara sebagian rombongan memasuki area makam untuk berziarah secara langsung. Doa-doa dipanjatkan dalam suasana khidmat.
Setelah prosesi selesai, rombongan melanjutkan perjalanan ke Kelenteng Gudo, Kabupaten Jombang, untuk menyaksikan pertunjukan wayang potehi, sebuah seni pertunjukan tradisional Tionghoa yang semakin langka.
Kegiatan ini tak hanya menjadi momen spiritual, tapi juga menarik perhatian masyarakat sekitar yang antusias menyaksikan dan merekam jalannya prosesi.
Tradisi Ceng Beng kali ini menjadi simbol persatuan lintas budaya dan agama, sekaligus mengenang jasa Gus Dur sebagai tokoh pluralis yang memperjuangkan hak-hak semua golongan di Indonesia. MM/AC