Beijing – Presiden China, Xi Jinping, dengan tegas mengakui bahwa hubungan antara China dan Amerika Serikat (AS) merupakan hubungan bilateral paling penting di dunia saat ini.
Pernyataan ini disampaikan oleh Xi Jinping saat ia bertemu dengan Pemimpin Mayoritas Senat AS, Chuck Schumer, di Balai Agung Rakyat (Great Hall of the People) di Beijing, China, pada hari Senin (9/10).
Xi Jinping menyatakan, “Hubungan antara China dan AS adalah hubungan bilateral yang paling penting di dunia. Hubungan yang baik antara China dan AS akan mempengaruhi masa depan seluruh umat manusia, dan persaingan serta konfrontasi tidak sejalan dengan arus zaman.”
Dalam keterangan tertulis yang diterima oleh Antara di Beijing pada hari Selasa, Xi Jinping menjelaskan bahwa kepentingan kedua negara jauh lebih besar daripada perbedaan mereka, dan prestasi yang diraih oleh China dan AS seharusnya menjadi peluang bersama, bukan tantangan.
“Meskipun kita tidak dapat menghindari apa yang disebut sebagai ‘Perangkap Thucydides,’ planet ini cukup luas untuk menampung pembangunan bersama dan kemakmuran China dan AS. Karena kedua negara sangat terkait secara ekonomi dan memiliki kepentingan yang saling terkait, keduanya berupaya untuk mendapatkan manfaat dari pencapaian masing-masing,” tambah Xi Jinping.
Istilah “Perangkap Thucydides” pertama kali populerkan oleh ahli politik AS, Graham T. Allison, pada tahun 2012, yang merujuk pada situasi di mana negara hegemoni dunia bertindak agresif terhadap kekuatan regional baru, seperti yang terjadi antara Athena dan Sparta dalam Perang Peloponnesia.
AS telah lama dianggap sebagai negara hegemoni dunia, sementara China dianggap sebagai kekuatan baru yang muncul.
Xi Jinping juga menggarisbawahi bahwa terdapat banyak peluang untuk kerja sama, termasuk dalam pemulihan global pasca pandemi COVID-19, penanganan perubahan iklim, dan sejumlah isu internasional dan regional lainnya yang memerlukan kerja sama China dan AS.
“Sebagai dua negara besar, China dan AS harus memiliki pemikiran yang luas, visi yang besar, dan siap untuk mencapai tingkat yang diharapkan oleh komunitas internasional serta bertindak dengan tanggung jawab terhadap sejarah, masyarakat, dan dunia. Ini berarti bahwa kedua negara harus saling menghormati, hidup berdampingan, dan berupaya untuk mencapai kerja sama yang saling menguntungkan,” ungkap Xi Jinping.
Xi Jinping juga menyoroti prestasi China dalam mencapai “dua keajaiban,” yakni pertumbuhan ekonomi yang pesat dan stabilitas sosial jangka panjang. Hal ini ditempuh berkat ditemukannya pola pembangunan yang sesuai dengan kondisi nasional dan aspirasi rakyat.
“China akan terus menerus melanjutkan model sosialisme dengan karakteristik China dan terus meningkatkan modernisasi dalam semua sektor. China akan berkomitmen pada pembangunan yang damai serta berkolaborasi dengan semua negara untuk membangun komunitas manusia yang lebih baik di masa depan,” ujar Xi Jinping.
Presiden China juga mengundang lebih banyak anggota Kongres AS untuk mengunjungi China guna lebih memahami negara tersebut melalui interaksi, dialog, dan pertukaran informasi yang lebih banyak.
Pemimpin Mayoritas Senat AS, Chuck Schumer, dalam pernyataannya, mengakui potensi pembangunan dan kekuatan China selama kunjungannya. Schumer mengatakan bahwa AS dan China memiliki pandangan bersama tentang isu-isu yang relevan dalam hubungan bilateral mereka. Ia juga menekankan bahwa hubungan stabil antara kedua negara adalah suatu kebutuhan vital, bukan hanya bagi mereka berdua, tetapi juga bagi perdamaian dan perkembangan dunia.
Schumer menyatakan bahwa pembangunan dan kemakmuran China juga memberikan manfaat bagi rakyat AS. Ia menyampaikan komitmen AS untuk meningkatkan dialog dan komunikasi dengan China, serta berharap untuk memperkuat perdagangan dan investasi bilateral serta meningkatkan kerja sama dalam berbagai isu, termasuk perubahan iklim, penanggulangan perdagangan narkoba, dan penyelesaian konflik regional.
Turut hadir dalam pertemuan tersebut adalah Menteri Luar Negeri China, Wang Yi. Matamaluku