Berita Maluku, Ambon – Tim Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC) dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) melakukan verifikasi kesiapan Desa Galala-Hative Kecil, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon dalam menghadapi bahaya tsunami. Verifikasi ini adalah bagian dari upaya desa untuk diakui sebagai Masyarakat Siaga Tsunami berkelas internasional, bersama dengan komunitas desa lainnya di Indonesia.
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Ambon, Djati Cipto Kuncoro, menjelaskan bahwa tim verifikasi UNESCO-IOC telah melakukan kunjungan lapangan untuk meninjau informasi terkait tsunami dan rambu evakuasi, serta mengadakan diskusi dengan masyarakat setempat. Berdasarkan pendampingan dan inventarisasi dokumen, Desa Galala dan Hative Kecil telah memenuhi 12 indikator Tsunami Ready.
Desa Galala dan Hative Kecil merupakan satu-satunya wilayah di Indonesia Timur yang menerima pengakuan sebagai Masyarakat Siaga Tsunami dari National Tsunami Ready Board Indonesia pada tahun 2023. Pengakuan ini tidak hanya membawa dampak positif secara ekonomi, sosial, dan politik, tetapi juga menempatkan desa ini dalam peta Global Tsunami Ready.
Djati Cipto Kuncoro mengungkapkan bahwa ada tanggung jawab besar yang harus dijaga oleh masyarakat, yaitu mempertahankan tingkat kesiapsiagaan terhadap tsunami, memastikan keberlanjutan sistem dan prosedur yang telah ditetapkan, serta memelihara setiap indikator Tsunami Ready. Selain itu, masyarakat juga harus menyusun rencana dan kegiatan tahunan terkait kesiapan menghadapi bahaya tsunami.
Pejabat Walikota Ambon, Dominggus Kaya, menekankan bahwa Kota Ambon memiliki potensi gempa bumi dan tsunami yang tinggi, mengingat bencana ini pernah terjadi pada 8 Oktober 1674. Meskipun Desa Galala dan Hative Kecil telah diakui sebagai Tsunami Ready Community, Kaya berharap masyarakat Kota Ambon, terutama yang tinggal di wilayah pesisir, juga menjadi masyarakat siaga tsunami.
Tim verifikasi UNESCO-IOC melihat langsung kapasitas masyarakat di dua desa ini dalam menghadapi bencana gempa dan tsunami. Mereka meninjau penerapan 12 indikator siaga tsunami, termasuk peta rawan bahaya tsunami, papan informasi publik tentang gempa bumi dan tsunami, peta evakuasi tsunami, kegiatan pendidikan dan kesiapsiagaan bencana yang rutin, serta pelatihan mitigasi tsunami bagi siswa sekolah.
Salah satu kegiatan mitigasi tsunami dilaksanakan di SMP Negeri 3 Ambon, di mana siswa dan guru turut serta bersama Komunitas Masyarakat Siaga Tsunami dalam pelatihan ini. Kegiatan ini menunjukkan komitmen yang kuat dari semua pihak untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam di wilayah tersebut. MM