Tepat Waktu Minum ARV Kunci Cegah Replikasi Virus HIV, Pesan Apoteker

  • Bagikan
Ilustrasi Cegah HIV AIDS
Ilustrasi Cegah HIV/AIDS

Jakarta (MataMaluku) – Apoteker spesialis farmasi rumah sakit dari RSPON, apt. Hadijah Tahir, Sp.FRS, menegaskan pentingnya kedisiplinan dalam mengonsumsi obat antiretroviral (ARV) bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) untuk mencegah replikasi virus HIV. Menurutnya, keterlambatan sedikit saja dalam jadwal minum obat dapat memicu perkembangan virus yang berdampak buruk pada kesehatan pasien.

“Minum obat ARV tidak boleh telat, bahkan semenit pun. Lima menit saja sudah ada replikasi virus,” ujar Hadijah dalam diskusi daring di Jakarta, Kamis (5/12).

Hadijah menjelaskan, virus HIV memiliki kemampuan bereplikasi dengan cepat ketika sudah menginfeksi sel limfosit. Oleh karena itu, ODHA harus memastikan ketersediaan stok ARV untuk menghindari keterlambatan konsumsi.

Bagi pasien yang baru terdiagnosis HIV/AIDS, terapi ARV harus segera dimulai. Hal yang sama berlaku bagi petugas kesehatan yang terpajan virus HIV, di mana ARV sebaiknya dikonsumsi dalam waktu empat jam untuk mencegah replikasi virus.

“Jika tidak segera dihambat, virus akan memperbanyak diri, menduduki daya tahan tubuh atau CD4, sehingga tubuh rentan terkena infeksi oportunistik,” jelasnya.

Meskipun ARV tidak menyembuhkan HIV, pengobatan ini mampu meningkatkan kualitas hidup ODHA dengan menekan jumlah virus dalam darah hingga tidak terdeteksi. Ketika virus tidak terdeteksi, risiko penularan menjadi sangat rendah bahkan nihil.

Hadijah juga menyebutkan bahwa perkembangan obat ARV saat ini semakin baik, termasuk adanya tablet yang mengandung kombinasi beberapa jenis obat sehingga mempermudah pasien dalam mematuhi jadwal pengobatan.

ARV biasanya diminum setengah hingga satu jam sebelum makan atau dua jam setelah makan. Beberapa jenis ARV, seperti efavirenz, tidak dianjurkan dikonsumsi bersama makanan berlemak tinggi karena dapat mengganggu penyerapan obat.

Terkait efek samping, Hadijah menjelaskan bahwa reaksi terhadap ARV bersifat individual. Secara umum, efek samping yang mungkin muncul meliputi mual, muntah, dan diare. Namun, pasien biasanya dapat beradaptasi dalam waktu dua minggu.

Jika pasien muntah sesaat setelah mengonsumsi ARV, obat belum terserap dengan baik sehingga harus diminum ulang. Namun, jika muntah terjadi mendekati jadwal dosis berikutnya, pasien cukup melanjutkan pada jadwal yang sudah ditentukan.

Hadijah juga mengingatkan, efek samping bukan alasan untuk menghentikan konsumsi ARV. Konsultasi dengan tenaga kesehatan sangat penting untuk memastikan pengobatan berjalan optimal.

Dengan kepatuhan terhadap terapi ARV, ODHA dapat menikmati kehidupan yang lebih berkualitas. Selain itu, mereka juga bisa berkontribusi dalam menurunkan angka penularan HIV di masyarakat. “Kunci keberhasilan adalah disiplin dalam menjalani terapi. Ini adalah langkah penting untuk menekan replikasi virus dan menjaga daya tahan tubuh,” pungkas Hadijah. MM/AC

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *