Ambon, Maluku (MataMaluku) – Mentari belum tinggi saat halaman Gereja Katedral St. Fransiskus Xaverius di jantung Kota Ambon mulai dipadati umat. Sabtu pagi (19/4), ribuan warga Katolik berkumpul bukan hanya untuk beribadah, tetapi untuk menyaksikan prosesi sakral tahunan: drama teatrikal Jalan Salib yang menggambarkan penderitaan Yesus Kristus menjelang penyaliban-Nya.
Prosesi dimulai dari halaman gereja di Jalan Raya Patimura, kawasan Batu Meja, Kecamatan Sirimau. Dari titik ini, kisah Yesus yang berdoa di Taman Getsemani bersama para murid-Nya hingga saat penangkapan oleh pasukan Romawi kembali dihidupkan lewat penampilan dramatis.
Lebih dari 100 pemuda Ambon terlibat dalam pertunjukan ini. Mengenakan kostum yang merepresentasikan tokoh-tokoh Alkitab seperti para rasul, prajurit Romawi, Pontius Pilatus, hingga Bunda Maria, mereka menghadirkan sebuah kisah yang mengguncang emosi para penonton.
Di tengah rintik hujan, semangat para pemeran tak surut. Keringat bercampur debu, derai air mata, dan ekspresi penuh penghayatan menggambarkan betapa dalamnya makna dari setiap adegan.
Di sepanjang rute prosesi, warga memenuhi sisi jalan. Banyak yang mengabadikan momen menyentuh ini melalui kamera ponsel, bahkan menyiarkannya secara langsung di media sosial.
“Setiap adegan seperti menusuk hati. Saya merinding dan menangis melihat bagaimana penderitaan Yesus diperankan dengan begitu nyata,” ungkap Maria (43), salah satu umat yang ikut dalam prosesi.
Jalan Salib ini bukan sekadar pertunjukan. Ia adalah ruang perenungan spiritual. Setiap pemberhentian dari 12 titik – mulai dari pengadilan Yesus, pemukulan, hingga jatuh bangun memanggul salib – diiringi keheningan, tangisan, dan doa.
Tangis pecah saat Yesus, yang diperankan seorang pemuda Ambon, terhuyung di bawah beban salib. Cambukan demi cambukan dari para tentara Romawi menciptakan suasana dramatis bak adegan film The Passion of The Christ. Banyak warga tak kuasa menahan air mata.
Puncak prosesi terjadi di halaman Gereja Santa Maria Bintang Laut di kawasan Benteng, yang disimbolkan sebagai Bukit Golgota. Di sinilah Yesus ‘disalibkan’. Suasana hening, nyaris tanpa suara. Ratusan pasang mata tertuju penuh haru, sebagian besar menitikkan air mata.
Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa, yang turut hadir, menyampaikan pesan spiritual yang menyentuh. “Jalan Salib bukan sekadar drama tahunan, tetapi menjadi refleksi nyata dalam kehidupan umat Kristiani. Ini harus menjadi pengingat bagi kita semua untuk membangun persaudaraan sejati, lintas agama, suku, dan gender,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya momentum seperti ini bagi generasi muda. “Di tengah derasnya arus zaman, kegiatan seperti ini menjadi penguat iman dan pengingat nilai-nilai moral yang mulai memudar,” tambahnya.
Jalan Salib di Ambon bukan sekadar mengenang kisah lama. Ia adalah jendela spiritual yang membawa umat menyelami makna penderitaan, pengorbanan, dan cinta tak terbatas. Di tengah hiruk-pikuk dunia modern, kisah Yesus yang dipanggul ulang di jalanan kota ini tetap menyala, menyalakan kembali api harapan dan iman di hati umat-Nya.MM