Jakarta (MataMaluku) – Nilai tukar rupiah menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Jumat (21/6), seiring munculnya harapan akan tercapainya kesepakatan diplomatik antara Iran, AS, dan Israel dalam dua pekan ke depan.
Analis mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, mengatakan bahwa perkembangan geopolitik di Timur Tengah memengaruhi pergerakan rupiah. “Penguatan rupiah didorong oleh ekspektasi pasar terhadap kemungkinan kesepakatan diplomatik antara Iran dan AS, serta Israel, yang berpotensi meredakan ketegangan di kawasan,” jelasnya di Jakarta.
Pada penutupan perdagangan Jumat, rupiah tercatat menguat tipis sebesar 9 poin atau 0,06 persen menjadi Rp16.397 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya di Rp16.406 per dolar AS. Namun, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia justru melemah ke Rp16.399 dari sebelumnya Rp16.378 per dolar AS.
Dinamika geopolitik turut memengaruhi sentimen pasar. Mengutip laporan Anadolu Agency, Presiden AS Donald Trump membantah telah menyetujui rencana militer bersama Israel untuk menyerang Iran, seperti dilaporkan sebelumnya oleh The Wall Street Journal. Trump menegaskan bahwa keputusan akhir belum diambil, dan ia masih menunggu perkembangan lebih lanjut terkait program nuklir Iran, khususnya di fasilitas Fordow.
Trump mengatakan bahwa ia akan mengambil keputusan dalam dua minggu ke depan apakah akan menyetujui keterlibatan langsung militer AS dalam serangan terhadap Iran atau tetap mengambil jalur diplomasi. Pernyataan ini muncul di tengah perpecahan di tubuh Partai Republik sendiri.
Sejumlah tokoh konservatif seperti Tucker Carlson, Steve Bannon, Senator Rand Paul, dan Marjorie Taylor Greene menentang keterlibatan AS dalam konflik, mengingat janji kampanye Trump sebelumnya yang menolak intervensi asing berbiaya mahal. Sementara itu, kalangan garis keras seperti Senator Ted Cruz dan Lindsey Graham mendukung aksi militer terhadap Iran.
Gedung Putih menegaskan bahwa fokus utama Presiden Trump tetap pada pencegahan pengembangan senjata nuklir oleh Iran, meskipun Teheran telah berulang kali membantah memiliki ambisi tersebut.
Di sisi lain, Lukman Leong memperingatkan bahwa penguatan rupiah masih bersifat terbatas. Ia menilai sentimen pasar terhadap aset-aset berisiko, termasuk di pasar ekuitas domestik, masih cenderung lemah. “Investor masih menghindari risiko karena ketidakpastian geopolitik dan kebijakan perdagangan global,” ujarnya.
Ia juga menyoroti keputusan Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan sebagai salah satu faktor yang mengecewakan pelaku pasar. “Keputusan BI menahan suku bunga dinilai kurang agresif dalam menghadapi tekanan eksternal, sehingga tidak banyak membantu penguatan rupiah,” kata Lukman.
Sementara ketegangan global masih membayangi, fokus investor saat ini tertuju pada perkembangan negosiasi diplomatik antara Iran dan negara-negara Barat yang akan berlangsung di Jenewa, Swiss, pada Jumat ini. Pertemuan tersebut diharapkan menjadi titik awal bagi penyelesaian damai konflik Iran-Israel yang terus memanas dalam beberapa pekan terakhir. MM/AC