Yerusalem – Pada hari Jumat, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menggambarkan serangan ke Jalur Gaza sebagai “hanya permulaan.”
“Dengan kekuatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, kami menyerang musuh kami (Hamas), dan saya pastikan ini hanya permulaan. Musuh kami baru saja mulai merasakan konsekuensinya,” ujarnya dalam pernyataan yang disiarkan di saluran televisi Channel 12 Israel.
Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan menghentikan pertempuran pada waktu yang tepat setelah Hamas berhasil dikalahkan.
Ia menyoroti upaya besar-besaran Israel dalam memperoleh dukungan internasional untuk operasi tersebut, termasuk perkiraan pasokan amunisi dan persenjataan dari Amerika Serikat.
Sejak dimulainya Operasi Badai Al-Aqsa, Netanyahu bahkan telah bersumpah untuk memberantas gerakan Hamas dalam lebih dari satu kesempatan.
Sementara itu, jumlah korban jiwa warga Palestina terus meningkat, mencapai 1.799 orang tewas dan 6.612 luka-luka akibat serangan bom sejak Sabtu, termasuk 1.644 anak-anak dan 1.005 perempuan, menurut sumber dari Kementerian Kesehatan pada Jumat.
Konflik ini bermula dari serangan mendadak Hamas yang dikenal sebagai Operasi Badai Al-Aqsa, yang melibatkan serangkaian serangan roket dan penyusupan ke Israel melalui jalur darat, laut, dan udara.
Hamas menyebut operasi tersebut sebagai balasan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki dan meningkatnya kekerasan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina.
Sebagai tanggapan, militer Israel melancarkan Operasi Pedang Besi untuk membalas serangan Hamas dengan mengincar Jalur Gaza. Serangan balasan ini telah menyebabkan pemutusan pasokan air dan listrik ke Gaza, memperburuk kondisi kehidupan di wilayah yang telah terjebak dalam blokade sejak tahun 2007. Matamaluku