Jakarta – Badan Penanggulangan Bencana (BNPB) memutuskan untuk memperpanjang masa pencarian korban banjir dan tanah longsor di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Sumbar), hingga waktu yang tidak ditentukan, setelah menerima permintaan dari pihak keluarga.
“Pemantapan kegiatan pencarian korban banjir dan tanah longsor di Pesisir Selatan Sumbar diteruskan atas permintaan pihak keluarga dan telah disepakati bersama Badan SAR Nasional (Basarnas),” ungkap Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, di Jakarta pada Rabu.
Abdul Muhari menjelaskan bahwa saat ini masih ada empat orang warga Pesisir Selatan yang belum ditemukan setelah terdampak banjir dan tanah longsor.
Masa pencarian sebenarnya sudah diperpanjang dua kali dan semestinya akan berakhir pada Kamis (21/2), mengikuti status tanggap darurat yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan. Namun, atas pertimbangan kemanusiaan dan permintaan keluarga, proses pencarian masih akan berlanjut oleh tim Basarnas Padang dan BPBD Pesisir Selatan, dengan persetujuan dari Bupati.
Terkait dengan pencarian ini, wilayah yang akan disisir lebih difokuskan, tim akan menyusuri sekitar lokasi yang diyakini sebagai tempat terakhir korban berada sebelum hilang akibat bencana, termasuk wilayah Langai, Tarusan, dan Batang Bayang.
Abdul Muhari menegaskan bahwa proses pencarian akan tetap dilakukan secara profesional dan maksimal, dengan mengandalkan informasi yang ada, sembari berharap agar korban dapat segera ditemukan.
Meskipun demikian, pihak keluarga juga akan terlibat secara langsung dalam proses pencarian ini, sehingga mereka dapat memperoleh kepastian mengenai nasib para korban.
Pesisir Selatan merupakan salah satu dari 12 daerah di Sumbar yang sangat terdampak oleh bencana banjir dan tanah longsor akibat cuaca ekstrem sejak Februari hingga awal Maret.
Data dari Pusdalops BNPB menunjukkan bahwa terdapat 25 orang warga Pesisir Selatan yang ditemukan meninggal dunia dan ratusan lainnya mengalami luka-luka.
Selain itu, puluhan ribu keluarga atau ratusan ribu jiwa terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman, seperti rumah sanak keluarga, masjid, gedung sekolah, dan kantor pemerintah.
Bencana tersebut juga menyebabkan kerusakan infrastruktur yang signifikan, termasuk rumah warga, gedung sekolah, kantor pemerintah desa, jembatan, jalan penghubung, lahan pertanian yang gagal panen, dan ribuan ekor hewan ternak yang mati. MM/AC