Washington – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terus memperkuat desakan agar Israel membuka perbatasan Kerem Shalom, bukan hanya untuk mendistribusikan bantuan kemanusiaan ke Gaza, tetapi juga untuk melanjutkan aliran barang komersial. Wakil juru bicara PBB, Farhan Haq, menegaskan pada Rabu (22/11) bahwa penggunaan hanya perbatasan Rafah saat ini memiliki keterbatasan kapasitas untuk menangani jumlah bantuan yang diperlukan.
Haq merujuk pada pernyataan Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Palestina, Lynn Hastings, yang menunjukkan kesiapan PBB dan mitranya untuk memanfaatkan jeda kemanusiaan yang telah disetujui oleh Israel dan kelompok Hamas Palestina. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan operasi kemanusiaan di daerah tersebut.
Meski demikian, Haq memberikan peringatan bahwa warga sipil di Gaza tidak bisa sepenuhnya bergantung pada bantuan kemanusiaan. “Masuknya barang-barang niaga perlu dilanjutkan kembali, terutama melalui perbatasan Kerem Shalom yang memiliki kapasitas itu,” katanya.
Sebelum konflik pecah, pintu perbatasan Kerem Shalom digunakan untuk mengangkut lebih dari 60 persen muatan truk menuju Gaza, seperti yang diungkapkan oleh Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat, Martin Griffiths, pekan lalu.
Menurut data Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (UNOCHA), pada Selasa (21/11), sebanyak 63.800 liter bahan bakar masuk ke Gaza dari Mesir. Bahan bakar ini didistribusikan oleh UNRWA (Badan PBB untuk Pengungsi Palestina) guna mendukung distribusi makanan dan operasionalisasi generator di berbagai fasilitas, termasuk rumah sakit, fasilitas air dan sanitasi, tempat penampungan, serta layanan penting lainnya.
Pada Selasa malam, 71 truk membawa pasokan bantuan kemanusiaan dari Mesir masuk ke Gaza. Antara 21 Oktober dan 21 November, lebih dari 1.399 truk berisi bantuan (tidak termasuk bahan bakar) telah memasuki Gaza melalui perbatasan Mesir. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata hampir 10.000 truk pengangkut barang komersial yang masuk ke Gaza setiap bulan sebelum Oktober, sebelum terjadi konflik antara Israel dan Hamas.
Saat ini, hampir 1,7 juta penduduk Gaza menjadi pengungsi, dan hampir 770.000 orang diantaranya adalah pengungsi di dalam negeri. “Mereka berlindung di 99 fasilitas UNRWA dalam kondisi yang sangat penuh sesak,” ungkap Haq.
Di tengah pengeboman dan blokade Israel, Gaza mencatat peningkatan penyakit kulit sebesar 35 persen dan peningkatan kasus diare sebesar 40 persen dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini terjadi akibat terbatasnya bantuan kemanusiaan dan bahan bakar yang memasuki wilayah yang terkepung tersebut, demikian disampaikan Haq. Matamaluku-Ac