Pakar UGM Sarankan Survei Geofisika Setelah Penemuan Gua di Gunungkidul

  • Bagikan
Gua Gunungkidul
Tangkapan layar rekaman video suasana di dalam gua yang ditemukan di kawasan proyek JJLS di Kecamatan Saptosari, Gunungkidul, DIY.

Yogyakarta (MataMaluku) – Guru Besar Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Eko Haryono, merekomendasikan dilakukannya survei geofisika untuk memeriksa kondisi bawah tanah di sekitar penemuan gua di Planjan, Kecamatan Saptosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Langkah ini penting mengingat lokasi gua berada di kawasan proyek Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS).

“Perlu dilakukan pemindaian geofisika untuk mengetahui apakah di bawah jalan tersebut juga terdapat gua-gua lain,” kata Prof. Eko saat dihubungi di Yogyakarta, Kamis (17/10).

Menurutnya, jika masih ada jaringan gua di bawah proyek JJLS, hal ini bisa memicu amblesan atau penurunan tanah (land subsidence), yang berpotensi membuat jalan tidak stabil. “Intinya, perlu dipetakan guanya, apakah terkoneksi dengan gua lain atau tidak,” tambahnya.

Prof. Eko menjelaskan bahwa pembentukan gua di kawasan karst seperti Gunungkidul adalah hal yang umum terjadi karena pelarutan batu kapur yang membentuk bukit dan gua bawah tanah. Ia menduga masih banyak gua yang belum terpetakan di wilayah ini.

Penemuan mulut gua biasanya disebabkan oleh berbagai faktor, seperti terpotong oleh tebing alam atau aktivitas manusia, termasuk proyek pembangunan JJLS. Eko bersama timnya berencana melakukan pemetaan dan penelusuran karakteristik gua tersebut bersama pemerintah kabupaten pada November 2024.

Selain pemetaan, penelitian juga akan mengkaji daya dukung gua jika difungsikan sebagai objek wisata. “Kami akan menilai daya dukung gua, berapa orang yang bisa masuk, dan bagaimana sirkulasi udaranya,” jelasnya.

Melalui foto dan video yang beredar, Eko menilai bahwa gua tersebut memiliki stalaktit dan stalagmit yang masih aktif dan indah. Ia mendukung langkah Pemerintah Kabupaten Gunungkidul yang menutup sementara gua tersebut untuk menghindari kerusakan lebih lanjut.

“Masyarakat tidak perlu mengambil stalagmit karena selain lunak, benda ini bukan termasuk batu mulia dan tidak laku dijual,” ujarnya.

Penemuan gua di Planjan yang terjadi selama pengerjaan proyek JJLS ini sementara telah ditutup oleh pemerintah menggunakan tumpukan batuan untuk keperluan penelitian lebih lanjut. MM/AC

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *