Pakar Medis: Perdarahan Menandakan Kanker Leher Rahim

  • Bagikan
Ilustrasi kanker seviks
Ilustrasi Kanker Seviks

Jakarta – Dr. dr. Hariyono Winarto, SpOG(K), seorang pakar obstetri dan ginekologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menyatakan bahwa perdarahan yang terjadi setelah seorang wanita berhubungan intim dengan suaminya sering kali menjadi gejala pertama dan yang paling sering terjadi pada kanker leher rahim atau serviks.

Dalam sebuah webinar yang diadakan di RSCM pada hari Jumat, Hariyono menjelaskan bahwa human papillomavirus (HPV) adalah penyebab utama kanker leher rahim yang menginfeksi area serviks, menyebabkan sel-sel di daerah tersebut berubah menjadi lebih agresif dibandingkan sel-sel normal.

Perubahan sel-sel agresif tersebut tumbuh dengan cepat, membentuk benjolan atau massa yang sering kali berdarah. Oleh karena itu, perdarahan yang terjadi setelah berhubungan intim sering dianggap sebagai gejala yang paling khas dari kanker leher rahim.

“Sebaiknya, sebelum terjadi perdarahan, semua wanita harus memeriksakan diri di puskesmas untuk pemeriksaan, baik melalui IVA test atau tes HPV, guna melihat apakah sudah terjadi infeksi HPV,” katanya.

Selain itu, keputihan dengan bau yang tidak sedap juga dapat menjadi tanda gejala kanker leher rahim.

“Dua gejala paling khas adalah perdarahan setelah berhubungan intim dan keputihan dengan bau tidak sedap. Meskipun demikian, kita harus tetap waspada, karena terkadang keputihan dapat disebabkan oleh infeksi lain,” jelasnya.

Hariyono juga menambahkan bahwa leher rahim merupakan salah satu bagian tubuh yang rentan terhadap perubahan sel, sehingga lebih mudah terkena penyakit terutama akibat paparan virus seperti HPV.

Dia juga mengingatkan bahwa penularan HPV biasanya terjadi melalui hubungan seksual, dan individu yang sering berganti pasangan seksual memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terinfeksi HPV.

“Dalam beberapa kasus, infeksi virus mungkin tidak menunjukkan gejala pada wanita. Namun, jika sistem kekebalan tubuh tidak optimal, virus dapat berkembang dan menyebabkan kerusakan pada leher rahim,” tambahnya.

Masa waktu dari infeksi hingga terjadinya kanker dapat bervariasi secara signifikan, tergantung pada kondisi individu yang terinfeksi HPV. Untuk konfirmasi kanker, dokter mungkin akan meminta wanita untuk melakukan biopsi.

“Untuk konfirmasi, pemeriksaan yang lebih mendalam diperlukan, yang mungkin melibatkan pemeriksaan dalam. Jika masih ada keraguan, dokter mungkin akan melakukan tes cairan atau mengusulkan prosedur kuretase jika ada indikasi lesi yang mungkin tersembunyi di bagian dalam leher rahim,” jelas Hariyono. Matamaluku-Ac

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *