Ngeri, Penyakit Langka Ini Bikin Pasiennya ‘Terkurung’ di Dalam Tubuh Sendiri

  • Bagikan
dirawat

Jakarta (MataMaluku) – Apakah detikers pernah mendengar tentang Locked in Syndrome (LiS)? Locked in Syndrome merupakan kelainan neurologis langka yang membuat pengidapnya seolah “terkurung” dalam tubuhnya sendiri. Kok bisa?

Dikutip dari Cleveland Clinic, LiS disebabkan oleh kerusakan pada batang otak, biasanya akibat serangan stroke. Orang dengan LiS mengalami kelumpuhan total, tetapi masih memiliki kesadaran dan kemampuan kognitif normal.

Pada beberapa kasus, orang dengan LiS masih bisa menggerakkan otot tubuh tertentu, seperti mata, untuk bisa berkomunikasi. Karena LiS membuat pengidapnya hampir tidak bisa bergerak sama sekali, kondisi ini dikenal juga dengan sebutan sindrom terkunci.

Apa Saja Tanda dan Gejala Locked in Syndrome?

Efek LiS pada tubuh sedikit bervariasi tergantung pada jenis yang dialami. Secara umum, LiS terbagi menjadi tiga, yaitu:

LiS klasik: Pasien tidak dapat bergerak sama sekali (tidak ada gerakan sukarela atau disengaja) tetapi dapat menggerakkan mata secara vertikal, berkedip, dan mempertahankan kemampuan kognitif. Pasien juga dapat mendengar.

LiS tidak lengkap: Sama seperti klasik tetapi pasien masih memiliki beberapa fungsi sensasi dan gerakan di area tubuh tertentu.

LiS imobilitas total: Pasien mengalami kelumpuhan seluruh tubuh dan kehilangan gerakan mata, tetapi masih memiliki kemampuan kognitif normal.

Kebanyakan orang dengan LiS tidak bisa secara sadar atau sukarela untuk:

Berbicara Mengunyah dan menelan Membuat ekspresi wajah Menggerakkan bagian tubuh selain mata

Kebanyakan orang dengan LiS masih dapat menggerakkan otot mata secara vertikal atau berkedip. Semua pasien dengan LiS masih dapat:

Mendengar Memahami saat orang berbicara atau membacakan buku kepada mereka Berpikir dan bernalar seperti normal Memiliki siklus tidur-bangun

Apakah Pengidap LiS Bisa Sembuh?

Orang dengan LiS masih memiliki harapan untuk pulih, meski tidak sepenuhnya. Hal ini pernah dialami oleh seorang pria di Afrika Selatan bernama Martin Pistorius.

Pistorius didiagnosis mengidap LiS saat berusia 12 tahun. Kala itu, dia mengidap kriptokokus dan tuberkulosis otak yang membuat tubuhnya kian melemah.

Hal itu membuat Pistorius berada dalam kondisi vegetatif selama 12 tahun. Kendati demikian, orang tua Pistorius tidak menyerah dan tetap ingin putra mereka bertahan hidup.

Keajaiban pun terjadi ketika Pistorius menginjak usia 19 tahun. Dia mulai bisa membuat gerakan-gerakan kecil dengan tubuhnya. Hal ini membuat pengasuh Pistorius, Virna van der Walt, mendorong orang tua Pistorius untuk mengirim putra mereka ke Pusat Komunikasi Augmentatif dan Alternatif di Universitas Pretoria.

Untuk mendukung Pistorius dapat kembali berkomunikasi, orang tuanya berinvestasi pada komputer yang dilengkapi perangkat lunak komunikasi, mirip dengan teknologi yang digunakan oleh mendiang Stephen Hawking.

Kini, meski tidak bisa berjalan, Pistorius mampu menggerakkan tubuh bagian atasnya dan berkomunikasi dengan komputer. Dia juga bertemu dengan pasangan hidupnya, Joanna, dan menikah pada 2009.MM/DC

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *