Ambon – Museum Siwalima Provinsi Maluku Menggelar Diskusi Pumpunan tentang “Budaya Bapake”, menghadirkan peserta lintas profesi diantaranya pelajar, mahasiswa, guru, tokoh adat dan tokoh masyarakat, pemuda, aktifitis, serta generasi milenial Ambon.
Diskusi “Membedah Budaya Bapake Busana Tradisional Daerah Maluku di Era Milenial” menghadirkan narasumber, Dosen Sejarah FKIP Unpatti, Semmy Touwe, Budayawan Maluku, F Sahusilawane, Dosen Prodi Sosiolog FISIP Unpatti, L Soselisa, Pakar Hum Tata Negara yang juga Dosen Hukum Unpati, Jimmy Pieterz, Fashion Designer, Elfira Hehanusa dan Leader & Co-Founder Jujaro Audra Pattiasina.
Plt Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Maluku, Insun Sangadji dalam sambutannya mengatakan, pesatnya modernisasi disaat ini memudahkan pengaruh perubahan sosial pola pikir masyarakat yang awalnya tradisional menjadi modern.
Peristiwa ini menurutnya memberikan dampak positif dan negatif dalam perkembangan di era milenial ini. Globalisasi secara positif diakuinya menimbulkan dampak perubahan tata nilai dan sikap, terhadap berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan tingkat kehidupan yang semakin membaik.
Sedangkan dampak negatifnya adalah pola hidup konsumtif, sikap individualistik, gaya hidup ke barat-baratan, dan kesenjangan sosial.
Kepala Museum Siwalima Jean Esther Saiya menyoroti pentingnya, peran serta orang tua mengenalkan “Budaya Bapake” dilingkungan keluarga teristimewa cara berbusana tradisional yang baik sesuai momen, karena acapkali busana tradisional yang dipakai tidak sesuai dengan momen.
Ia menambahkan, untuk mempertahankan “Budaya Bapake” tradisional yang baik dibutuhkan kemampuan dari masing-masing individu untuk tetap menjaga budaya-budaya lokal agar kebudayaan itu tetap lestari dan tidak terkikis oleh zaman.
Diskusi ini sangat menarik mengingat, berkembangnya arus globalisasi saat ini “Budaya Bapake” busana tradisional mulai tergerus terutama di kalangan remaja.
Banyak remaja menganggap budaya yang dimiliki bangsa sendiri adalah budaya yang kuno dan tidak sesuai dipakai pada zaman sekarang, salah satunya dalam bidang berpakian.
Budayawan Maluku F Sahusilawane mengatakan, modernisasi menuju masyarakat modern, membawa pengaruh terhadap budaya suatu daerah, karena perilaku peniruan budaya barat, hal ini terjadi pada generasi saat ini yang cenderung lebih menyukai produk luar negeri daripada dalam negeri.
Designer Elfira Hehanusa, menyebutkan pengaruh globalisasi dan modernisasi telah menyentuh hampir semua aspek kehidupan yang ada di masyarakat, termasuk gaya berpakaian.
Demikian halnya Audra Pattiasina tidak menampik jika teknologi informasi yang berkembang saat ini mengakibatkan para milenial lebih mudah mengakses corak dan ragam berpakaian mereka.
Kendati demikian, masih banyak generasi milenial saat ini yang lebih suka menggunakan busana dengan modif tradisional yang telah mengalami modifikasi seiring berkembangnya fashion. Matamaluku.com