Martha Christina Tiahahu: Pahlawan Indonesia yang Turun Perang Lawan Belanda

  • Bagikan
martha christina tiahahu
Sumber : womenlead.magdalene.co

Matamaluku.com – Indonesia memiliki banyak pahlawan wanita. Tapi kebanyakan pahlawan ini bertempur dalam perang yang berbeda. Contoh saja perang dalam hal gerakan organisasi ataupun soal emansipasi wanita. Nah, kisah Martha Christina Tiahahu ini menjadi unik karena dirinya bertempur langsung sebagai tentara wanita.

Banyak orang memandang Martha Christina sebagai pahlawan yang merepresentasikan wanita kuat. Selama ada niatan dan kemampuan, wanitapun bisa jadi prajurit siap perang yang gigih. Tentu sekarang ini, prajurit perempuan memegang peran berbeda dan jarang turun langsung di tanah perang. Tapi bagi yang baca kisah Martha Christina, Anda pasti juga ikut terinspirasi atas keberaniannya.

Bagi Anda yang penasaran tentang kisah pahlawan ini, mari bahas singkat tentang Martha Christina dalam artikel berikut ini!

Siapa Itu Martha Christina Tiahahu?

Martha Christina Tiahahu adalah seorang wanita asal tanah Maluku. Ia lahir pada 4 Januari 1800 dan tinggal bersama ayahnya. Martha Christina merupakan seorang anak yang lahir tanpa ibu. Saat melahirkannya, ibu Martha Christina meninggal. Jadi si ayah membesarkan dirinya seorang diri.

Ayahnya adalah Kapitan Paulus Tiahahu yang tergolong pejuang di tanah Maluku. Ia bahkan sempat berperang bersama Thomas Mattulessi atau Kapitan Pattimura. Banyak yang mengatakan bahwa watak pejuang dari Martha Christina berasal dari didikan ayahnya juga.

Selama tumbuh besar, Martha Christina berada di Desa Abudu, Pulau Nusalaut. Walaupun tergolong berada di luar area peperangan utama, perang dengan Belanda tentu menerjang seluruh bagian Maluku. Dari sini, pertarungan Martha Christina dimulai.

Perjuangan Martha Christina Tiahahu

Sejak kecil Martha Christina Tiahahu selalu mengikuti ayahnya. Mereka tidak terlalu sering memiliki tempat tinggal tetap, terutama saat Martha Christina masuk usia remaja. Perpindahan tempat ini disebabkan pembentukan gerakan perlawanan dan strategy yang digunakan waktu itu.

Ayah Martha Christina yang aktif sebagai pejuang sering menghadiri rapat pembentukan kubu – kubu pertahanan. Saat menghadiri pertemuan tersebut, Martha Christina yang masih mudah selalu ikut juga. Kehadirannya ini membuat Martha Christina semakin tahu tentang perang dan bagaimana medan tempur yang sesungguhnya bekerja.

Pada usia 17 tahun, Martha Christina bahkan ambil bagian sendiri dalam perang melawan Belanda di desa Ouw, Ullath, Pulau Saparua. Pertempuran ini sangat sengit dan melibatkan banyak kalangan. Tapi hal yang paling mencengangkan adalah kehadiran prajurit perempuan.

Martha Christina Tiahahu Menjadi Inspirasi Pejuang Wanita Maluku

Sebelum Martha Christina aktif di medan perang, para wanita Maluku hanya bisa mendukung suami dan anak laki – laki mereka dari belakang. Mulai dari membuat makanan, menyiapkan tempat tinggal dan bahkan memastikan logistik perang cukup.
Tapi karena gerakan Martha Christina yang mendorong perjuangan langsung di medan perang, para wanita inipun terinspirasi. Dalam pertempuran di Ouw, hal ini menjadi kenyataan. Pada waktu itu, Martha Christina Tiahahu menjadi pemimpin divisi perempuan para pejuang Maluku.

profil martha christina tiahahu
Sumber: mmc.tirto.id

Para wanita yang hadir di situ mengobarkan semangat juang yang tidak kalah dengan pasukan laki – laki. Para pejuang wanita tersebut merasa bahwa mereka tidak lagi harus mendukung dari belakang dan bisa mendampingi para laki – laki di medan perang. Tambahan jumlah pasukan wanita ini, membuat jumlah total pasukan pejuang di desa tersebut sangat besar.

Memang dalam peperangan tersebut, persenjataan dan perlengkapan prajurit sangat terbatas. Para laki – laki ada yang pakai senjata tajam dan senapan. Tapi untuk sebagian besar lain, hanya berbekal bambu runcing dan ikat kepala melingkar. Para wanita juga kebanyakan hanya menggunakan bambu runjung ini sebagai senjata utama.

Bersama – sama, pasukan campuran ini hadapi Belanda di desa tersebut. Pada waktu itu, pimpinan asal Belanda, Richemont, di tembak mati dalam pertempuran tersebut. Kemenangan ini membuat Belanda menunjukkan serangan yang lebih keras. Pihak Belanda akhirnya menurunkan pasukan utama bersenjatakan lengkap setelah kematian Richemont.

Kematian Ayah Martha Christina Tiahahu

Serangan balik yang menggunakan pasukan utama Belanda ternyata cukup efektif. Serangan balik ini mampu memukul mundur pejuang Maluku dan bahkan menangkap ayah Martha Christina Tiahahu. Kabar penangkapan menjadi berita sedih bagi Martha Christina. Ia yang dibesarkan seorang diri oleh ayahnya tentu tidak menyerah. Ia berusaha membebaskan ayahnya sebelum hukuman mati dijatuhkan.

Sayangnya usaha ini tidak buahkan hasil. Skirmish kecil di area tahanan Belanda, tidak memberikan efek sama sekali. Pertahanan Belanda waktu itu cukup ketat mengingat pasukan utama mereka diturunkan menjaga lokasi para tahanan.
Akhirnya, ayah Martha Christina tidak terbebaskan dan mendapatkan hukuman gantung bersama banyak pejuang Maluku lain. Karena usahanya membebaskan ayahnya gagal, Martha Christina semakin gencar melakukan serangan. Sayangnya, hal ini malah membuat dirinya ditangkap bersama banyak pejuang perempuan lainnya.

Penangkapan Martha Christina menjadi pukulan berat. Walaupun pejuang Maluku masih banyak tersisa, gerakan pasukan wanita di tanah tersebut menurun. Memang pejuang wanita banyak yang masih aktif bersama pasukan laki – laki. Tapi jumlahnya mulai berkurang. Kebanyakan, kembali mendukung dari belakang.

Kematian Martha Christina Tiahahu

Setelah ditangkap, pihak Belanda tidak menjatuhkan vonis mati seperti ayahnya. Martha Christina Tiahahu direncanakan untuk dikirim ke tanah Jawa. Hal ini tentu karena Martha adalah perempuan. Banyak simpang siur bahwa dirinya mendapatkan penyiksaan selama di tangkap, tapi bukti historisnya sayangnya kurang kuat.

Dari catatan sejarah, Martha Christina hanya dimasukkan program pekerja paksa. Banyak kebun kopi yang dikelola Belanda menggunakan buruh paksa. Tentu saja, buruh tersebut adalah tahanan – tahanan baik perempuan dan laki – laki yang tertangkap selama perang.

Proses pengiriman tahanan tentu lebih sulit pada waktu itu. Martha Christina dibawa menggunakan kapal dari Maluku ke Jawa. Perjalanan ini tentu memakan waktu. Selama perjalanan, Martha Christina terus melakukan perlawanan.

Di dalam kapal bernama Eversten, Martha Christina selalu melakukan perlawanan. Mulai dari perlawanan fisik, sampai aksi mogok. Ia tidak bahkan berhenti makan dan melawan saat mendapatkan pengobatan dari pihak Belanda. Etos pejuangnya tentu patut dicontoh karena tidak tunduk dengan mudah.

Tapi, perlawanan seperti ini tentu merusak tubuh Martha Christina. Ia akhirnya harus kehilangan nyawa di perjalanan pada tanggal 2 Januari 1818. Jasadnya bahkan tidak di bawa ke Jawa untuk dikuburkan, melainkan dibuang ke laut Banda.
Kisah ini sayangnya tidak lasngung diketahui. Hanya setelah beberapa cerita terdengar saja, nama Martha Christina Tiahahu masuk ke catatan Pahlawan Nasional. Nama pejuang wanita Maluku ini secara sah masuk daftar pahlawan pada tahun 1969. Dirinya juga mendapatkan monumen dari pemerintah Maluku untuk kenang perjuangannya.

Hal yang Bisa Dipelajari dari Martha Christina Tiahahu

Sebagai tokoh pahlawan, Martha Christina memberikan banyak hal untuk dipelajari. Berikut adalah inspirasi yang bisa dicontoh tentang pahlawan ini:

Tidak Pernah Menyerah

Perjuangan Martha Christina membuat inspirasi pantang menyerah. Walaupun si ayah sudah ditangkap, walaupun si ayah sudah meninggal dan bahkan sudah ditahan di kapal, Martha Christina Tiahahu tidak pernah menyerah. Hal ini tentu perlu dicontoh.

Berani Berperan Dalam Perubahan

Kondisi Maluku waktu itu tentu kurang orang untuk melawan Belanda. Tapi berkat dorongan Martha Christina, para wanita bisa mengambil peran sama dengan pejuang laki – laki. Hal ini melambangkan perubahan.
Jika ingin menang lawan Belanda, para wanita harus ambil peran aktif untuk perubahan ini. Tentu saja, hal ini bisa berat. Tapi selama ada inspirasi pendukung dan keberanian, siapa saja bisa berjuang membuat perubahan.

Memiliki Watak Pejuang Walau Umur Muda

Umur Martha Christina pada waktu itu tergolong muda. Jika dibandingkan sekarang, ia baru duduk di SMA. Hal ini bisa jadi inspirasi bagi para anak muda sekarang. Daripada loyo dan bergantung pada orang tua, anak muda harus bisa menumbuhkan semangat juang. Coba pandang serius tantangan sehari – hari agar bisa lebih sukses kedepannya. Walaupun harus berkorban, kemenangan tetap harus dikejar.

Sekian kisah tentang pejuang wanita Maluku, Martha Christina Tiahahu. Semoga kisah di atas bisa menginspirasi dan membuka wawasan sejarah Anda. Terima kasih sudah baca artikel ini!

 

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *