Ambon, Maluku (MataMaluku) – Dalam beberapa waktu terakhir, hampir di seluruh 11 kabupaten/kota di Maluku digelar berbagai aksi demonstrasi yang diprakarsai mahasiswa, organisasi kemasyarakatan, dan didukung elemen masyarakat sipil. Isu yang diangkat beragam, mulai dari persoalan nasional hingga persoalan daerah yang menyentuh kepentingan publik. Fenomena ini menunjukkan bahwa ruang demokrasi di Maluku hidup, sehat, dan memberi kesempatan bagi warga negara untuk menyalurkan aspirasi.
Namun yang lebih penting, seluruh aksi tersebut dapat berlangsung aman, tertib, dan jauh dari tindakan anarkis. Maluku yang sering kali dicap rawan konflik, justru mampu membuktikan diri sebagai daerah yang matang dalam mengelola dinamika sosial-politik. Hal ini tentu tidak terlepas dari kesiapan aparat keamanan, baik TNI maupun Polri, yang mengawal jalannya aksi di berbagai daerah. Kehadiran aparat yang profesional membuat massa aksi merasa terlindungi sekaligus terkendali, sehingga potensi gesekan dapat diminimalisir.
Di beberapa titik memang terjadi ketegangan kecil, tetapi dengan sigap aparat mampu mengurai permasalahan dan menyelesaikannya tanpa menimbulkan korban maupun kerusuhan. Tindakan cepat ini menjadi bukti bahwa sinergi keamanan di Maluku bekerja dengan baik, menjaga keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan ketertiban umum.
Selain aparat, peran pemerintah daerah juga layak mendapat apresiasi. Gubernur, wali kota, bupati, hingga anggota DPRD di tingkat kabupaten maupun provinsi tidak tinggal diam. Mereka berusaha hadir, mendengarkan, dan memberi ruang bagi mahasiswa untuk menyampaikan tuntutannya. Sikap terbuka ini memberi pesan bahwa aspirasi rakyat tidak diabaikan, melainkan menjadi bagian penting dari proses pembangunan dan kebijakan publik.
Kondisi kondusif ini juga berdampak langsung pada masyarakat luas. Rutinitas sehari-hari tetap berjalan normal, aktivitas di pasar, sekolah, perkantoran, hingga fasilitas umum lainnya tidak terganggu oleh gelombang aksi. Tidak ada insiden anarkis, perusakan, atau tindakan yang merugikan kepentingan umum. Dengan demikian, Maluku berhasil menjaga harmoni antara aspirasi dan stabilitas.
Keberhasilan ini sekaligus menjadi pelajaran penting. Demonstrasi bukanlah ancaman bagi negara, melainkan instrumen demokrasi untuk menyampaikan suara rakyat. Selama dikelola dengan baik, dengan komunikasi yang terbuka serta aparat yang humanis, maka demonstrasi bisa berlangsung damai tanpa mengganggu jalannya pembangunan. Maluku telah menunjukkan bahwa demokrasi dan keamanan dapat berjalan seiring.
Kini, tantangan berikutnya adalah memastikan bahwa suara-suara yang disampaikan mahasiswa dan masyarakat tidak berhenti hanya di jalanan. Pemerintah daerah bersama legislatif perlu menindaklanjuti aspirasi tersebut dengan kebijakan nyata yang berpihak pada kepentingan rakyat. Dengan begitu, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah akan semakin menguat, dan Maluku akan semakin dikenal sebagai daerah yang tidak hanya aman, tetapi juga responsif terhadap kebutuhan warganya.
Kondusifitas Maluku di tengah gelombang aksi adalah kemenangan bersama. Bagi mahasiswa, ini membuktikan bahwa suara mereka didengar. Bagi aparat, ini menunjukkan profesionalisme dan kedewasaan dalam bertugas. Bagi pemerintah, ini menegaskan komitmen terhadap ruang demokrasi. Dan bagi masyarakat luas, ini memberi rasa aman bahwa kehidupan tetap berjalan normal meski aksi unjuk rasa berlangsung.
Pada akhirnya, Maluku telah menorehkan catatan positif: menjadi teladan bagaimana demonstrasi bisa dijalankan dengan tertib, demokratis, dan bermartabat. Inilah wajah baru Maluku daerah yang tidak hanya indah secara alam, tetapi juga dewasa secara politik dan sosial.MM