Depok (MataMaluku) – Mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Dini Kurniawati, bersama tim Thinkwell Health Financing Activity, merumuskan kebijakan untuk menghemat biaya skrining penyakit calon pengantin (catin). Rekomendasi ini diharapkan dapat membantu Kementerian Kesehatan dalam menekan beban anggaran sekaligus meningkatkan kesehatan masyarakat.
“Skrining catin baru diterapkan di DKI Jakarta sejak 2017. Jika Kementerian Kesehatan ingin memperluas implementasi ini ke seluruh Indonesia, diperlukan formula anggaran yang matang serta proyeksi penghematan potensial,” ujar Dini dalam keterangan resminya di Depok, Sabtu (3/1).
Dini dan tim mengembangkan formula penghitungan kebutuhan anggaran berdasarkan proyeksi jumlah pengantin selama lima tahun ke depan, biaya tiap komponen pemeriksaan, serta angka inflasi. Mereka menawarkan tiga skenario paket skrining:
- Paket Minimal: Pemeriksaan fisik, mental, hemoglobin, dan biaya admisi.
- Paket Moderat: Semua dalam Paket Minimal ditambah pemeriksaan HIV, sifilis, hepatitis B, TBC, diabetes mellitus, dan hipertensi.
- Paket Komprehensif: Semua dalam Paket Moderat ditambah pemeriksaan cenarioia.
Berdasarkan perhitungan, kebutuhan anggaran skrining pada tahun 2025 diproyeksikan berkisar antara Rp26–256 miliar per tahun, jauh lebih rendah dibandingkan beban anggaran untuk menangani penyakit terkait.
Dini, mahasiswa S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, berhasil memenangkan kompetisi Rekomendasi Kebijakan Kesehatan (SiBijaKs) Award 2024, yang diselenggarakan oleh Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan RI. Kompetisi ini menggunakan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 sebagai dasar analisis.
Sebagai bagian dari tindak lanjut, Dini dan tim mempresentasikan rekomendasi kebijakan di hadapan eselon 1 Kementerian Kesehatan. Diskusi ini melibatkan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Usia Produktif dan Lanjut Usia sebagai penanggung jawab implementasi skrining catin di Indonesia.
Rekomendasi ini diharapkan tidak hanya mengurangi beban anggaran negara tetapi juga meningkatkan kesiapan calon pengantin menghadapi kehidupan berkeluarga yang sehat dan berkualitas.