Asal-usul Lontong Cap Go Meh
Lontong Cap Go Meh diyakini berasal dari tradisi masyarakat Tionghoa Peranakan yang bermukim di Jawa, khususnya di Semarang dan Surabaya. Pada masa kolonial, keturunan Tionghoa mulai mengadaptasi budaya lokal, termasuk dalam hal kuliner. Sebagai contoh, mereka menggantikan bubur putih yang biasa disantap saat Cap Go Meh di Tiongkok dengan lontong, makanan berbahan dasar beras yang lebih diterima di budaya Jawa. Lontong, yang lebih cocok dengan tradisi kuliner Nusantara, akhirnya berkembang menjadi sajian khas yang dikenal hingga kini.
Makna Filosofis Lontong Cap Go Meh
Setiap komponen dalam lontong Cap Go Meh memiliki makna simbolis yang mendalam. Lontong itu sendiri melambangkan harapan untuk kehidupan yang panjang dan sejahtera, dengan bentuknya yang lonjong menyerupai gulungan kertas, yang melambangkan ilmu dan kebijaksanaan. Opor ayam, sebagai salah satu lauk, mencerminkan kesejahteraan dan keberuntungan, karena ayam dianggap sebagai simbol kemakmuran dalam budaya Tionghoa. Telur pindang melambangkan kesempurnaan dan awal yang baru, selaras dengan semangat perayaan Imlek. Sementara sambal goreng ati melambangkan ketulusan hati dan keikhlasan, dan sayur labu siam dipercaya membawa keseimbangan dalam hidup.
Dengan beragam lauk yang dihadirkan dalam lontong Cap Go Meh, hidangan ini bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga simbol keberagaman, mencerminkan hubungan harmonis antara budaya Tionghoa dan Indonesia. Pada awalnya, lontong Cap Go Meh hanya disajikan di rumah-rumah keluarga Tionghoa Peranakan sebagai bagian dari tradisi Cap Go Meh. Namun, seiring waktu, sajian ini semakin populer dan kini dapat ditemukan di banyak restoran dan warung makan, khususnya di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jakarta. Kini, banyak orang, bahkan yang bukan keturunan Tionghoa, menikmati lontong Cap Go Meh sebagai bagian dari perayaan tahunan.
Ketupat Cap Go Meh Gloria: Legenda Kuliner Jakarta
Di Jakarta, tepatnya di sudut Metro Atom Pasar Baru, terdapat sebuah warung legendaris yang sudah dikenal sejak 1965: Ketupat Cap Go Meh Gloria Ny Kartika Tjandra. Warung ini telah menjadi bagian dari tradisi Cap Go Meh, menghubungkan budaya Tionghoa dengan Nusantara melalui cita rasa yang khas dan penuh makna. Dulu, warung ini terletak di kawasan Gloria, Pancoran, yang tersembunyi di gang kecil samping pertokoan. Meskipun telah beroperasi selama bertahun-tahun, resep dan bumbu ketupat Cap Go Meh yang dijaga turun-temurun tetap terjaga dengan baik.
“Walaupun rasanya sederhana, kalau dicoba pasti ketagihan,” kata Liana, generasi kedua yang kini mengelola warung tersebut. Bagi pelanggan setianya, ketupat Cap Go Meh Gloria bukan sekadar hidangan biasa, tetapi bagian dari kenangan keluarga dan tradisi yang penuh kehangatan.
Hidangan ketupat Cap Go Meh yang disajikan di warung ini memiliki komposisi lauk yang lebih beragam dibandingkan ketupat sayur biasa. Seporsi ketupat Cap Go Meh terdiri dari ketupat, ayam kampung dengan bumbu kari atau opor, tahu, telur bebek, tempe, kentang, sayur labu, sambal goreng petai, ati ampela, dan urat sengkel. Kombinasi ini menciptakan rasa yang kaya, dari gurih, manis, hingga pedas, menjadikannya hidangan yang selalu dinantikan saat perayaan Cap Go Meh.
Salah satu lauk yang paling digemari adalah sambal goreng petai, dengan aroma khas yang kuat dan rasa yang menggugah selera. Kualitas bahan menjadi prioritas di warung ini, dengan menggunakan bahan premium seperti ayam kampung dan telur bebek, serta cabai berkualitas terbaik, untuk memastikan cita rasa tetap konsisten dari tahun ke tahun.
Menjelang perayaan Imlek dan Cap Go Meh, dapur Ketupat Cap Go Meh Gloria mulai sibuk sejak pagi dini hari, memastikan semua bahan sudah siap sebelum pelanggan datang. Setiap tahunnya, warung ini menjadi tujuan utama bagi mereka yang ingin merayakan perayaan Imlek dengan hidangan khas yang telah menjadi bagian dari tradisi keluarga.
Warisan Budaya yang Terus Hidup
Lontong Cap Go Meh, bersama dengan ketupat Cap Go Meh Gloria, membuktikan bahwa kuliner bukan hanya soal rasa, tetapi juga tentang melestarikan tradisi dan merayakan keberagaman. Setiap suapan lontong atau ketupat Cap Go Meh mengandung cerita, sejarah, dan filosofi yang mengikat masyarakat dalam kebersamaan, mengingatkan kita pada nilai-nilai budaya yang telah bertahan selama berabad-abad. Sebuah warisan kuliner yang tak hanya menghangatkan tubuh, tetapi juga hati, pada setiap awal tahun. MM/AC