Beirut (MataMaluku) — Pemerintah Lebanon menuding Israel melakukan serangan udara yang menghancurkan ratusan alat berat dan mesin konstruksi di wilayah Lebanon selatan, yang digunakan untuk proyek rekonstruksi pascaperang.
Serangan tersebut dilaporkan menargetkan pabrik, jalan raya, dan showroom mesin, sehingga menimbulkan kerugian besar bagi kontraktor lokal. Banyak alat berat yang rusak merupakan milik perusahaan yang tengah mengerjakan proyek pemulihan infrastruktur, seperti pembersihan puing, perbaikan jalan, serta restorasi jaringan air dan limbah.
“Semua mesin kami hancur dalam sekejap. Puluhan buldoser dan ekskavator jadi bangkai gosong. Ini pabrik sipil, bukan target militer,” ujar Ahmad Tabaja, pemilik pabrik ekskavator di Msayleh, yang menjadi salah satu lokasi terdampak parah.
Pihak intelijen dan pemerintah daerah Lebanon menyebut Israel telah berulang kali menargetkan alat konstruksi sipil sejak gencatan senjata dengan Hizbullah disepakati pada November 2024.
Sebaliknya, militer Israel mengklaim serangan itu menyasar “infrastruktur dan peralatan teknik Hizbullah” yang disebut digunakan untuk membangun kembali fasilitas militer kelompok tersebut.
Menurut data Council of the South, sekitar 400 ekskavator dan buldoser hancur atau rusak, menghambat proses pembersihan puing dan pembangunan kembali kota-kota di selatan Lebanon. Kerugian di Msayleh sendiri diperkirakan mencapai 15 juta dolar AS, sementara wilayah sekitar menanggung tambahan kerugian hingga 30 juta dolar AS.
Pemerintah Lebanon kini tengah meminta bantuan internasional untuk mengganti mesin yang hancur. Namun, krisis ekonomi dan pembatasan impor membuat proses pemulihan diperkirakan akan berjalan lambat.
Perdana Menteri Nawaf Salam telah memerintahkan Menteri Luar Negeri Youssef Rajji untuk mengajukan protes resmi ke Dewan Keamanan PBB, menuding Israel melanggar Resolusi PBB 1701 dan kesepakatan gencatan senjata.
Meski perang berakhir hampir setahun lalu, Israel masih melancarkan serangan udara terbatas di Lebanon selatan, dengan dalih menghadapi ancaman dari Hizbullah. Pasukan Israel juga masih mempertahankan posisi di lima titik perbatasan, meski penarikan sudah dijadwalkan sejak Februari lalu.
MM/AC