Krisis Sampah di Kota Ambon: Tantangan Besar dalam Pengelolaan Lingkungan

  • Bagikan
Sampah 2
Krisis Sampah di Kota Ambon

Ambon, Maluku (MataMaluku)– Kota Ambon kini menghadapi permasalahan sampah yang semakin kompleks dan mendesak. Upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon dalam menangani masalah ini terganjal oleh berbagai kendala, salah satunya keterbatasan jumlah armada truk pengangkut sampah yang tidak memadai untuk mengelola volume sampah harian yang terus meningkat.

Berdasarkan data, volume sampah harian di Kota Ambon mencapai lebih dari 200 ton, dengan sekitar 30 persen berupa sampah plastik. Angka ini diperkirakan terus bertambah seiring meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitas perkotaan. Meski Dinas Lingkungan Hidup dan Persampahan Kota Ambon rutin mengangkut sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Tosapu, Kecamatan Leitimur Selatan, keterbatasan armada truk tetap menjadi hambatan utama dalam pengelolaan sampah yang optimal.

Di berbagai sudut kota, tumpukan sampah masih sering terlihat, seperti di Tempat Penampungan Sementara (TPS) di Jalan Yos Sudarso dan belakang Gedung Pasar Mardika Modern. Meski petugas kebersihan rutin mengangkut sampah, rendahnya disiplin masyarakat terhadap jadwal pembuangan sampah memperburuk situasi ini.

Pemkot Ambon telah menetapkan jadwal pembuangan sampah pada pukul 22.00 WIT hingga 05.00 WIT. Namun, banyak warga yang tetap membuang sampah di luar jam tersebut, terutama pada pagi hari, sehingga tumpukan sampah kembali muncul setelah petugas selesai bekerja.

“Petugas kebersihan sudah rutin mengangkut sampah setiap pagi, tetapi banyak warga yang membuang sampah setelah itu,” ujar Burhan, salah satu warga. Hal ini menimbulkan bau tidak sedap dan mencemari lingkungan. Warga lainnya, Majid, berharap pemerintah lebih tegas dalam menegakkan aturan waktu pembuangan sampah serta memberikan sanksi bagi pelanggar.

Permasalahan sampah plastik tidak hanya mencemari daratan, tetapi juga pesisir pantai dan lautan. Studi menunjukkan ratusan hingga ribuan ton sampah plastik mencemari perairan Ambon, mengancam ekosistem laut, dan mengurangi daya tarik wisata alam.

Sampah plastik menjadi salah satu ancaman utama bagi lingkungan, kesehatan manusia, dan kehidupan fauna laut. Produk plastik yang sulit terurai menyebabkan kerusakan ekosistem yang serius, baik di perkotaan maupun lautan.

Permasalahan sampah di Ambon mencerminkan tantangan yang lebih besar di Indonesia dan dunia. Untuk mengatasinya, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Langkah konkret seperti peningkatan armada truk sampah, edukasi masyarakat, serta pengelolaan sampah berbasis teknologi harus segera dilakukan.

Jika tidak ditangani dengan serius, krisis sampah ini akan menjadi ancaman besar bagi keberlanjutan lingkungan dan masa depan generasi mendatang. Kota Ambon, yang dikenal sebagai “manise,” perlu segera mengembalikan keindahan dan kebersihan lingkungannya sebagai wujud tanggung jawab bersama.MM

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *