Masohi, Malteng (MataMaluku) – Komisi IV DPRD Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) melakukan inspeksi mendadak (sidak) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Masohi pada Kamis (13/02). Sidak ini dilakukan menyusul dugaan keterlambatan layanan oksigen yang menyebabkan meninggalnya seorang pasien.
Ketua Komisi IV DPRD Malteng, Musriadin Labahawa, memimpin sidak tersebut setelah wafatnya Wa Pani (32), warga Dusun Aira, Desa Soahuku, pada Senin (10/02). Pasien ini diduga meninggal dunia karena keterlambatan suplai oksigen di rumah sakit.
Saat tiba di RSUD Masohi, rombongan Komisi IV langsung meninjau Instalasi Pengisian Oksigen (IPO). Dalam sidak tersebut, ditemukan berbagai permasalahan, termasuk kerusakan peralatan mesin tabung oksigen, kendala anggaran untuk suplai oksigen, serta masalah kebersihan di area instalasi.
Ketua Komisi IV DPRD Malteng menegaskan bahwa kerusakan alat pengisian oksigen harus segera diperbaiki tanpa menunggu suku cadang yang masih dipesan dari luar negeri. Ia mengungkapkan bahwa kebutuhan oksigen di RSUD Masohi mencapai minimal 40 tabung per hari, sementara kondisi saat ini membuat rumah sakit kesulitan memenuhi kebutuhan tersebut.
Selain masalah oksigen, Komisi IV juga menemukan permasalahan lain, seperti Instalasi Pembuangan Limbah Cair dan Limbah Padat yang sudah melebihi kapasitas. Musriadin Labahawa menyatakan kekhawatiran bahwa limbah padat yang menumpuk bisa disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Komisi IV DPRD Malteng menegaskan bahwa berbagai temuan dalam sidak ini akan menjadi bahan evaluasi. Pihaknya berencana membahas persoalan ini dengan Pemerintah Daerah, termasuk terkait penganggaran untuk perbaikan fasilitas rumah sakit.
Menanggapi temuan ini, Direktur RSUD Masohi, Anang Rumuar, mengakui adanya kerusakan pada instalasi pengisian oksigen dan menyebut bahwa suku cadang saat ini sedang dalam proses pemesanan. Sebelum mengalami kerusakan, RSUD mampu memproduksi 40 tabung oksigen per hari, namun kini hanya mampu mengisi dua tabung per hari.
Rumuar memastikan bahwa pihaknya telah mengambil langkah alternatif dengan memesan tabung oksigen dari PT Samator Suli Ambon. Ia juga menegaskan bahwa kebutuhan oksigen rumah sakit mencapai 40 tabung per hari dalam kondisi normal, dan jika jumlah pasien meningkat, kebutuhan bisa lebih dari 50 tabung.
Terkait dugaan kematian pasien akibat kehabisan oksigen, Rumuar membantah bahwa rumah sakit tidak memberikan layanan oksigen. Ia menyatakan bahwa kondisi pasien saat tiba di rumah sakit sudah dalam keadaan kritis dengan komplikasi penyakit. Menurutnya, tenaga medis telah memberikan pelayanan sesuai standar operasional prosedur (SOP), termasuk pemberian oksigen kepada pasien.
Sebelumnya, Wa Pani (32), warga Dusun Aira, Negeri Soahuku, meninggal dunia pada Senin (10/02). Diduga, rumah sakit kehabisan tabung oksigen dan tidak melakukan upaya yang memadai untuk mengatasinya.
Kasus kekurangan oksigen ini juga dialami oleh pasien lain. Heny, keluarga dari Hans Laitella, warga asal HBI, Kecamatan TNS Waipia, mengaku harus membeli tabung oksigen sendiri di luar rumah sakit dengan harga Rp1.080.000 per tabung. Ia juga mengeluhkan bahwa beberapa obat tidak tersedia di rumah sakit, sehingga pasien harus membelinya sendiri di apotek.MM