Berita Ambon – Kerjasama internasional dalam bidang pendidikan antara Pemerintah Kota Ambon dan Pemerintah Kota Kyoto, Jepang, melalui sebuah Memorandum of Understanding (MoU), kembali menjadi sorotan. Namun, tudingan mengenai ketidakseriusan Dinas Pendidikan Kota Ambon dalam menjalin kerjasama ini ditepis oleh Kepala Dinas Pendidikan, Eddy Tasso.
Dalam konferensi pers pada Selasa, 20 Februari 2024, Eddy Tasso menyangkal pernyataan Koordinator Kerjasama Ambon-Jepang, Rony Maail, yang mengklaim bahwa kerjasama dalam program “Study and Work in Japan” terpaksa dihentikan oleh Pemerintah Kota Kyoto akibat ketidakseriusan dari pihak Ambon.
Tasso menjelaskan bahwa pada tahun 2014, Pemerintah Kota Ambon telah menandatangani MoU dengan International Human Service Co. Ltd of Hamamatsu Japan (IHSJ), yang berlaku selama lima tahun (2014-2019). Namun, hingga saat ini, belum ada perpanjangan karena kurangnya data yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Ambon untuk melanjutkan kerjasama tersebut.
Lebih lanjut, Tasso menekankan bahwa proses perpanjangan kerjasama diatur oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri. Sesuai peraturan tersebut, perpanjangan kerjasama harus dilakukan paling lambat enam bulan sebelum berakhirnya masa kontrak, dan laporan perpanjangan harus diajukan ke Kemendagri.
Dengan berakhirnya MoU antara Pemerintah Kota Ambon dan IHSJ pada 2019, Tasso menegaskan bahwa jika ada pertanyaan mengenai hal ini, seharusnya diajukan sejak tahun 2019 dan bukan pada saat ini. Oleh karena itu, dia menepis tudingan Rony Maail yang menyebut bahwa Dinas Pendidikan Kota Ambon tidak serius dalam melanjutkan kerjasama.
Tasso juga menjelaskan bahwa IHS adalah Lembaga Sumber Daya Manusia di Hamamatsu, Jepang. Mereka yang dikirim ke Jepang melalui program ini tidak melalui MoU dengan Pemerintah Jepang, Kementerian Pendidikan, atau Universitas, tetapi melalui MoU dengan lembaga pendidikan di Hamamatsu.
Sejak 2014, telah dilakukan seleksi untuk mengirim peserta ke Jepang. Sebanyak 13 peserta berhasil lolos, di antaranya sepuluh melanjutkan pendidikan tinggi di Jepang, sementara enam orang lainnya dikirim pada tahap kedua. Saat ini, 15 peserta telah kembali ke Ambon dan bekerja setelah menyelesaikan program di Jepang. MM