Jakarta – Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu-Anak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Lovely Daisy, menegaskan bahwa meskipun anak mengalami stunting setelah usia 2 tahun, masih ada upaya medis yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pertumbuhan otak dan meningkatkan potensi tumbuh kembang anak.
Dalam Podcast Kemenkes RI yang disiarkan di Jakarta pada hari Jumat, Daisy menjelaskan bahwa meskipun tidak dapat sepenuhnya mengembalikan kondisi optimal, upaya medis tetap dapat memberikan perlakuan untuk memastikan perkembangan otak anak dapat berlanjut.
Daisy menambahkan bahwa pertumbuhan otak anak pada kondisi normal seharusnya mencapai 85 persen saat usia 2 tahun. Namun, anak-anak yang mengalami stunting umumnya memiliki pertumbuhan otak di bawah angka tersebut.
Berdasarkan data survei kesehatan 2022, Daisy menjelaskan bahwa 18,5 persen bayi di Indonesia lahir dalam kondisi stunting akibat gangguan pada janin sebelum lahir.
Dalam rangka mengakselerasi pertumbuhan otak anak yang mengalami stunting, Daisy menyarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis di rumah sakit guna mendapatkan intervensi gizi yang tepat.
“Stunting berdampak pada pertumbuhan otak dan fisik anak. Jika pertumbuhan fisik terganggu, maka pertumbuhan otak juga akan terpengaruh,” ungkapnya.
Dalam hal ini, memberikan asupan makanan berprotein hewani seperti telur, daging ayam, daging sapi, dan ikan menjadi salah satu cara yang dianjurkan untuk membantu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang mengalami stunting.
Daisy menekankan pentingnya pencegahan stunting sejak dini dan memberikan perhatian khusus pada gizi anak. Meski prevalensi stunting di Indonesia menurun menjadi 21,6 persen dari populasi balita, Kemenkes tetap berupaya mencapai target penurunan lebih lanjut untuk mengurangi angka stunting di tahun-tahun mendatang. Matamaluku