Jakarta (MataMaluku) – Paus yang baru akhirnya resmi terpilih setelah Konklaf dilakukan sejak Rabu (7/5) malam waktu Indonesia. Kardinal Robert Francis Prevost dari Amerika Serikat dengan nama kepausan Paus Leo XIV resmi menjadi penerus Paus Fransiskus. Setelah melalui setidaknya empat kali pemungutan suara, akhirnya muncul juga asap putih dari cerobong Kapel Sistina yang dinantikan seluruh dunia.
Tradisi ini menandakan bahwa Gereja Katolik kini sudah memiliki pemimpin baru, menggantikan Paus Fransiskus. Sekitar pukul 23.30 WIB, dentang lonceng di Basilika Santo Petrus mengiringi kabar bahagia itu. Tak lama kemudian, sebuah kalimat ikonik pun menggema dari balkon Basilika Vatikan: Habemus Papam! Apa artinya?
Mengenal Istilah Habemus Papam
Beauties, istilah “Habemus Papam” makin ramai diperbincangkan sejak kemarin. Bahkan jadi trending sejak Paus terpilih diumumkan ke publik. Tapi, sebenarnya apa arti dari kalimat itu?
“Habemus Papam” berasal dari bahasa Latin yang artinya “Kita punya Paus.” Ungkapan ini menjadi momen paling simbolis dalam pemilihan pemimpin tertinggi Gereja Katolik. Kalimat tersebut disampaikan oleh Kardinal Prodiakon sebagai pengumuman resmi di depan umat.
Namun ternyata, kalimat aslinya bukan hanya dua kata itu saja, lho. Berikut bunyi lengkapnya:
“Annuntio vobis gaudium magnum: Habemus Papam; Eminentissimum ac reverendissimum Dominum, Dominum [nama], Sanctae Romanae Ecclesiae Cardinalem [nama], qui sibi nomen imposuit [nama kepausan].”
Jika diterjemahkan, artinya:
“Saya umumkan kepada Anda suatu sukacita besar: Kita memiliki seorang Paus! Yang Terhormat dan Mulia, Tuan [nama pribadi], Kardinal Gereja Roma Suci [nama keluarga], yang kini memakai nama [nama kepausan].”
Kalimat ini punya makna spiritual yang dalam. Bahkan, terinspirasi dari Injil Lukas tentang sukacita besar saat kelahiran Yesus. Maka tak heran jika umat Katolik selalu menantikan momen ini dengan penuh haru dan antusiasme.
Istilah Lain dalam Konklaf Selain Habemus Papam
Selain Habemus Papam, masih ada beberapa istilah penting lain yang sering digunakan dalam proses konklaf. Misalnya, ada istilah Sede Vacante yang menandakan takhta kepausan sedang kosong, baik karena Paus wafat atau mengundurkan diri. Selama masa ini, tugas administratif dipegang oleh seorang pejabat bernama Camerlengo.
Lalu ada juga istilah Extra Omnes, yang artinya “semua keluar.” Kata ini diucapkan saat semua orang non-kardinal diminta keluar dari ruangan sebelum pemungutan suara dimulai. Hanya para kardinal pemilih yang boleh tinggal di dalam Kapel Sistina selama proses konklaf berlangsung.
Selama masa pemilihan, para kardinal tinggal di sebuah rumah tamu bernama Domus Sanctae Marthae atau Casa Santa Marta. Lokasi ini berada di dalam Vatikan dan digunakan untuk menjaga kerahasiaan serta konsentrasi para kardinal selama proses berlangsung.
Dan terakhir, setelah Paus sebelumnya wafat, Gereja Katolik juga mengadakan masa berkabung resmi selama sembilan hari yang disebut Novendiales. Misa duka digelar setiap hari selama periode itu untuk mengenang dan mendoakan sang Paus.MM/DC