Jalan Lintas Pegunungan: Harapan Anak Nusa Ina di Kaki Gunung Manusela

  • Bagikan
Gunung Manusela
Jalan Lintas Pegunungan di Kaki Gunung Manusela

Masohi (MataMaluku) – Pulau Seram, yang dikenal sebagai Nusa Ina (Pulau Ibu), adalah salah satu pulau terbesar di Maluku dengan topografi yang sangat bervariasi. Dataran tinggi yang dihiasi hutan hujan tropis, lembah, sungai, serta Gunung Manusela yang megah, menjadikan pulau ini sebagai pemandangan yang menakjubkan. Namun, keindahan alam ini kontras dengan kondisi kehidupan warga di kaki Gunung Manusela, yang selama 79 tahun kemerdekaan Indonesia masih terabaikan oleh pembangunan.

Warga negeri Kaloa, Elemata, Hatuolo, Maraina, dan Manusela di Kecamatan Seram Utara menghadapi tantangan berat dalam mendapatkan akses terhadap infrastruktur dasar seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, dan jalan yang layak. Hingga kini, anak-anak di wilayah tersebut harus berjalan kaki melintasi bukit dan hutan hanya untuk mengenyam pendidikan dasar, melewati jalan berlumpur dan terjal yang menguji keberanian mereka.

Kunjungan Pejabat (Pj) Bupati Maluku Tengah, Rakib Sahubawa, ke Negeri Kaloa pada Kamis, 22 Agustus, menyoroti betapa beratnya perjalanan menuju daerah tersebut. Pj Bupati bersama rombongan harus menghabiskan waktu berjam-jam menyusuri medan yang sulit, bahkan harus berganti kendaraan dan menumpang bak terbuka di tengah hujan deras.

Kehadiran Pj Bupati disambut meriah oleh siswa-siswa sekolah dasar dan menengah dengan tarian dan nyanyian tradisional. Momen ini memberikan gambaran betapa besar harapan warga terhadap perhatian pemerintah dalam memperbaiki infrastruktur dasar di wilayah mereka. Pj Bupati menyadari bahwa pendidikan adalah kunci untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan berjanji akan mengangkat anak-anak setempat menjadi pegawai daerah atau tenaga honorer sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka miliki, baik di bidang pendidikan maupun kesehatan.

Namun, kondisi yang ada saat ini masih jauh dari ideal. Minimnya tenaga pendidik, sarana dan prasarana pendidikan, serta fasilitas kesehatan yang memadai membuat proses belajar mengajar berjalan dengan sangat terbatas. Masyarakat yang sakit sering kali harus menempuh perjalanan selama tiga hari untuk mencapai Puskesmas terdekat, dan dalam banyak kasus, nyawa tak tertolong di tengah perjalanan.

Pembangunan jalan lintas pegunungan menjadi kebutuhan mendesak bagi warga lima negeri tersebut. Kehadiran jalan ini diharapkan dapat menghubungkan desa-desa yang selama ini terisolir dan membuka akses yang lebih baik menuju pusat-pusat pelayanan publik.

Lirik lagu penyambutan yang dinyanyikan oleh anak-anak negeri Kaloa, Elemata, Hatuolo, Maraina, dan Manusela mencerminkan harapan mereka yang sederhana: perhatian pemerintah terhadap kebutuhan dasar mereka. Momen ini menjadi cerminan kecil dari banyaknya daerah terpencil di Indonesia yang masih menantikan keadilan dan pemerataan pembangunan.

Apa yang disaksikan oleh Pj Bupati Rakib Sahubawa di Kaloa adalah gambaran nyata dari ketertinggalan pembangunan yang dialami oleh banyak daerah terpencil di tanah air. MM

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *