DPRD Maluku Tengah Desak Pertamina Tertibkan APMS yang Jual BBM Tanpa Dispenser

  • Bagikan
APMS Seram 2
APMS milik Sugiarti Sape

Berita Maluku Tengah, Masohi – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Maluku Tengah meminta Pertamina segera menertibkan Agen Premium dan Minyak Solar (APMS) yang masih melakukan penjualan bahan bakar minyak (BBM) secara manual menggunakan jerigen dan liter kepada masyarakat dan pelangsir. Praktik ini dinilai merugikan masyarakat dan melanggar aturan.

Ketua Komisi II DPRD Maluku Tengah, Hasan Alkatiri, menegaskan pentingnya tindakan tegas dari Pertamina terhadap APMS yang tidak menggunakan mesin dispenser, khususnya APMS milik Sugiarti Sape di Desa Winosari, Kecamatan Seram Utara Timur Seti. “Penjualan BBM secara manual ini berpotensi merugikan masyarakat. Kami meminta Pertamina Terminal Bula untuk segera menindak tegas pemilik APMS tersebut,” ujar Alkatiri.

Alkatiri menjelaskan, praktik penjualan BBM menggunakan liter dan jerigen ini telah beberapa kali dibahas dalam rapat Komisi II. Bahkan, Komisi II telah dua kali melayangkan undangan resmi kepada Pertamina Terminal Bula untuk membahas isu ini, namun pihak Pertamina tidak hadir.

Menurut Alkatiri, APMS milik Sugiarti Sape berada dalam zonasi penyaluran Pertamina Terminal Bula, sehingga Pertamina seharusnya melakukan pengawasan yang ketat terhadap semua SPBU dan APMS di wilayah tersebut. Komisi II juga berencana membawa persoalan ini ke SKK Migas dalam waktu dekat jika tidak ada tindakan tegas dari Pertamina.

Sebelumnya, APMS milik Sugiarti Sape di Desa Winosari diketahui menjual BBM jenis Dexalite dan Pertamax secara manual menggunakan liter. Pihak APMS mengklaim bahwa mereka belum memasang dispenser karena sedang dalam tahap renovasi dan bahwa metode penjualan manual ini baru dilakukan dalam dua bulan terakhir. Namun, keterangan ini bertentangan dengan penjelasan warga setempat, Purwanto, yang menyatakan bahwa praktik tersebut telah berlangsung lebih dari setahun.

Irvan, seorang sopir pangkalan, juga mengeluhkan kondisi ini, namun menyatakan bahwa para pengemudi tidak memiliki pilihan lain selain mengisi BBM di APMS tersebut agar kendaraan mereka tetap dapat beroperasi. Meskipun laporan terkait praktik ini telah sering diajukan, hingga kini belum ada tindakan penertiban dari pihak terkait maupun kepolisian.

Pantauan di lokasi menunjukkan bahwa tangki penyimpanan BBM dan mesin dispenser tidak terlihat, hanya ada puluhan drum yang digunakan untuk menyimpan BBM. Selain itu, pengisian BBM jenis Pertamax dan Dexalite dilakukan secara manual menggunakan jerigen dalam jumlah yang berlebihan kepada pengecer setempat. MM

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *