Disperpusip Maluku Angkat Isu Perempuan Lewat Bedah Buku “Janda Bukan Beranda”

  • Bagikan
disperpusip maluku gelar bedah buku
disperpusip maluku gelar bedah buku

Ambon, Maluku (MataMaluku) – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusip) Provinsi Maluku menggelar acara bedah buku berjudul “Janda Bukan Beranda” karya Eko Saputra Poceratu, Rabu (2/7/2025). Kegiatan yang berlangsung di Aula Baca Disperpusip Maluku ini dihadiri oleh pegiat literasi, mahasiswa, serta masyarakat umum.

Dalam kegiatan tersebut, penulis buku, Eko Poceratu, hadir langsung sebagai narasumber utama. Ia didampingi oleh Rudi Fofid, praktisi budaya dan jurnalis senior.

Kegiatan bedah buku ini merupakan bagian dari komitmen Disperpusip Maluku dalam meningkatkan minat baca masyarakat serta membumikan budaya literasi di Bumi Raja-raja.

“Minat baca masyarakat Maluku masih berada di bawah rata-rata nasional. Jika indeks nasional berada pada angka 70, kita masih di posisi 62,” ungkap Rio M. Z. Pelu, Kepala Bidang Pembinaan Perpustakaan, Layanan, dan Kegemaran Membaca Disperpusip Maluku.

“Melalui kegiatan ini, kami ingin mengajak masyarakat, khususnya generasi muda, untuk mencintai buku dan menjadikan membaca sebagai bagian dari gaya hidup dan transformasi sosial,” tambahnya.

Dalam paparannya, Eko Poceratu menjelaskan bahwa buku “Janda Bukan Beranda” lahir dari refleksi atas berbagai fenomena sosial, khususnya soal stigma terhadap perempuan yang menyandang status janda.

“Janda bukan aib. Mereka adalah perempuan tangguh yang harus dihargai, diterima, bahkan dijadikan teladan dalam menghadapi kerasnya hidup,” tegas Eko.

“Lewat buku ini saya ingin mengubah cara pandang kita terhadap mereka. Sudah saatnya kita lebih adil dalam memaknai realitas sosial.”

Ia juga menambahkan, membaca buku bukan sekadar aktivitas intelektual, tetapi jalan untuk membangun kepekaan terhadap etika, budaya, dan nilai kemanusiaan.

“Literasi yang baik menjadikan seseorang lebih bijak dan toleran. Karena itu, saya berharap pemerintah daerah bisa mendukung kehadiran penerbit lokal agar penulis-penulis Maluku punya ruang berkarya,” harap Eko.

Sementara itu, Rudi Fofid memuji keberanian Eko mengangkat tema yang selama ini dianggap tabu.

“Karya ini bukan hanya sastra, tapi juga pendidikan sosial. Ini bentuk perlawanan terhadap stigma, dan itu sangat penting,” ujarnya.

“Bedah buku seperti ini harus diperbanyak agar masyarakat makin menghargai karya lokal.”

Diskusi berlangsung hangat dan interaktif. Para peserta, termasuk mahasiswa dan komunitas literasi, aktif berdialog dan mengapresiasi isi buku yang dianggap menyentuh dan relevan.

“Saya baru kali ini membaca buku yang mengangkat tema janda secara humanis dan penuh empati,” ungkap seorang peserta dari komunitas baca Ambon.

Kegiatan ini diharapkan menjadi momentum untuk membangkitkan semangat literasi dan mendorong generasi muda Maluku untuk lebih aktif dalam dunia tulis-menulis serta mencintai karya lokal.MM

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *