Ambon, Matamaluku.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Ambon akan menggelar sosialisasi untuk meningkatkan kepedulian masyarakat mencengah penyakit kusta dan juga berupaya dalam menurunkan prevalensi penyakit kusta di Kota Ambon.
Kepala Dinkes Kota Ambon Wendy Pelupessy menyebutkan, target Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon di tahun 2023 yakni mengeliminasi penyakit kusta secara menyeluruh di Kota Ambon sesuai target Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
“Untuk mencapai target tersebut, nantinya pada Maret mendatang Dinkes Ambon melibatkan tim kesehatan khusus dari Jakarta memberikan sosialisasi kepada masyarakat,” ujar Wendy.
Wendy mengatakan, warga perlu diberi pencerahan karena penderita kusta sering mendapatkan stigma buruk di lingkungan masyarakat tempat tinggal mereka.
“Upaya sosialisasi untuk menghilangkan stigmatisasi, agar lebih cepat mendeteksi dini pasien kusta agar tidak cacat,” katanya.
Eliminasi kusta ditetapkan dengan angka prevalensi kurang dari 1 per 10.000 penduduk, sesuai dengan peta jalan program pengendaliannya.
“Olehnya itu, sosialisasi perlu dilakukan mengingat dampak yang ditimbulkan penyakit kusta dan frambusia, sangat luas dan sering bermanifestasi pada jaringan kulit, dan jika hal itu tidak segera ditangani secara cepat dan tepat, dapat menimbulkan kecacatan,” ucap Wendy.
Menurut Wendy, kecacatan yang terjadi tidak saja menimbulkan masalah pada fisik penderita, tetapi juga gangguan psikis yang turut mempengaruhi faktor sosial ekonomi, sehingga dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia.
Untuk mengeliminasi kasus Kusta di Kota Ambon, Wendy berharap agar pasien terindikasi kusta untuk rutin melakukan pengobatan di rumah sakit maupun puskesmas, karena dengan demikian warga yang mulai terdampak dapat diobati hingga sembuh total.
“Penyakit Kusta, sama dengan penyakit menular lainya seperti TBC yang harus ditangani dengan baik dan teratur dengan cara melakukan pengobatan kepada mereka, agar penyakit tersebut dapat sembuh total,” jelasnya.
Ditanya soal adakah pasien yang terindikasi kusta di kota Ambon, kata Wendy ada, tetapi untuk jumlah data dirinya belum mengetahui pasti berapa banyak warga yang penderita kusta di Kota Ambon
Seperti diketahui kusta adalah salah satu masalah kulit yang dapat menyerang jaringan kulit, saraf tepi, hingga saluran pernapasan. Berbeda dengan cacar air dan herpes yang disebabkan oleh virus, kusta terjadi karena adanya infeksi bakteri, yaitu Mycobacterium leprae.
Kusta adalah gangguan pada kulit akibat infeksi bakteri kronis. Gangguan ini sering kali ditandai dengan mati rasa pada tungkai dan kaki, kemudian disertai timbulnya lesi pada kulit. Penyakit kusta dapat menyebar melalui percikan ludah ketika pengidapnya batuk atau bersin.
Di Indonesia sendiri, kusta adalah penyakit yang umum terjadi, bahkan termasuk tertinggi. Berdasarkan data terakhir dari WHO pada tahun 2020, jumlah kasus kusta di Indonesia menduduki peringkat ketiga terbesar di dunia, yaitu sebanyak 8 persen.