Ambon, Maluku (MataMaluku) – Sejumlah organisasi kepemudaan yang tergabung dalam Cipayung Plus Ambon menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor DPRD Maluku, Kamis (22/5) sekitar pukul 13.00 WIT.
Aksi tersebut ditujukan kepada Komisi II DPRD Maluku dengan membawa sejumlah tuntutan, salah satunya meminta evaluasi terhadap kinerja Kepala Balai Taman Nasional (BTN) Manusela, Kabupaten Maluku Tengah.
Aksi ini dipimpin oleh Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan melibatkan Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) sebagai sesama organisasi yang tergabung dalam Cipayung Plus.
Koordinator lapangan aksi, Eston Halamury, dalam orasinya menyampaikan bahwa aksi ini merupakan bentuk keprihatinan atas meninggalnya seorang pendaki asal Bogor, Firdaus Ahmad Fauzi, yang ditemukan tak bernyawa di Lembah Gunung Binaya.
“Kami menilai ada kelalaian dari pihak BTN Manusela. Seluruh administrasi pendakian sudah dipenuhi oleh almarhum, tapi saat kondisi darurat terjadi, tidak ada pertanggungjawaban penuh dari pihak balai,” tegas Eston dalam orasinya.
Selain menyoroti insiden tersebut, massa aksi juga mengecam pernyataan Kepala Balai TN Manusela yang dinilai tidak empatik terhadap keluarga korban.
“Pernyataan kepala balai sangat tidak mencerminkan rasa tanggung jawab dan simpati. Ini justru melukai hati keluarga almarhum dan publik secara umum,” tambah Eston.
Selain menuntut evaluasi, para demonstran juga meminta DPRD Maluku dan Pemerintah Provinsi Maluku mengusulkan pencabutan status Taman Nasional dari kawasan Hutan Adat Manusela. Mereka beralasan, selama ini hak-hak masyarakat adat di sekitar kawasan tersebut telah diabaikan oleh pihak pengelola.
“Hutan itu hidup dan diwariskan oleh leluhur kami. Tapi sekarang, masyarakat adat justru dipinggirkan,” ujar salah satu orator aksi.
Aksi berlangsung damai dengan pengawalan ketat dari aparat kepolisian. Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak DPRD Maluku maupun Balai Taman Nasional Manusela.MM