BMKG Peta Keretakan Tanah di Sukabumi: Puluhan Rumah Rusak

  • Bagikan
Pergerakan tanah
Pergerakan tanah

Sukabumi, Jawa Barat (MataMaluku) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memetakan area terdampak bencana keretakan tanah yang merusak puluhan rumah warga di Kampung Cihonje, Desa Sukamaju, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Keretakan tanah ini juga memaksa 42 kepala keluarga atau sekitar 120 jiwa mengungsi.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan penyesuaian peta cuaca dengan peta kerawanan tanah dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk memahami situasi lebih baik.

“Proses ini penting untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat terkait ancaman bencana susulan, terutama akibat hujan deras,” ujar Dwikorita saat ditemui di Sukabumi, Sabtu (6/12).

Data BPBD Sukabumi menunjukkan bahwa bencana ini merusak sekitar 30 rumah dan satu masjid. Analisis BMKG menemukan bahwa hujan dengan intensitas sedang hingga deras menjadi faktor utama yang memicu pergerakan tanah.

Dwikorita menambahkan bahwa kawasan terdampak bencana berada di ketinggian 100-800 meter di atas permukaan laut dan masuk dalam zona kerentanan tanah menengah hingga tinggi. “Potensi ini meningkat jika curah hujan berada di atas normal, seperti yang terjadi saat ini,” ungkapnya.

BMKG sebelumnya telah mengeluarkan peringatan dini terkait potensi peningkatan curah hujan di wilayah selatan Jawa Barat, termasuk Sukabumi. Peringatan ini disampaikan melalui berbagai kanal informasi dan diperbarui setiap tiga jam.

BMKG juga kembali memperingatkan bahwa hingga 9 Desember 2024, wilayah selatan Jawa Barat masih berpotensi dilanda hujan deras (30-50 mm per jam) disertai angin kencang. Kondisi ini meningkatkan risiko bencana seperti banjir bandang, longsor, dan pergerakan tanah.

Kehadiran bibit siklon tropis 91S di Samudera Hindia sebelah barat daya Banten turut memperbesar potensi bencana. BMKG mencatat bahwa cuaca di Indonesia saat ini dipengaruhi oleh berbagai fenomena atmosfer seperti Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang ekuatorial Rossby, gelombang Kelvin, serta La Niña lemah, yang menyebabkan peningkatan curah hujan hingga 20 persen di atas kondisi normal.

BMKG memperingatkan bahwa kondisi serupa bisa meluas ke wilayah lain seperti Cianjur, Garut, Ciamis, Banten bagian selatan, hingga Jabodetabek. Untuk itu, BMKG menyiapkan tim khusus guna menyosialisasikan langkah antisipasi kepada masyarakat terdampak. MM/AC

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *