Kathmandu (MataMaluku) – Nepal diguncang bentrokan mematikan antara pengunjuk rasa anti-korupsi dengan aparat kepolisian yang menewaskan sedikitnya 19 orang dan melukai lebih dari 300 lainnya. Otoritas pun langsung menerjunkan militer serta memberlakukan jam malam di ibu kota Kathmandu, Senin (8/9/2025).
Menurut laporan Himalayan Times, kerusuhan pecah setelah massa menembus area terlarang dan berusaha masuk ke kompleks Parlemen Federal. Aparat keamanan merespons dengan tembakan gas air mata dan meriam air. Namun bentrokan justru semakin memanas hingga menimbulkan banyak korban.
Data dari berbagai rumah sakit menunjukkan sedikitnya 347 orang terluka, puluhan di antaranya dalam kondisi kritis. “Sejauh ini ada 17 korban meninggal di sejumlah rumah sakit di Kathmandu, serta dua korban lain tewas di Itahari,” ungkap pihak rumah sakit seperti dikutip Kathmandu Post.
Tragedi ini memicu gejolak politik. Menteri Dalam Negeri Nepal, Ramesh Lekhak, mengumumkan pengunduran dirinya pada Senin malam setelah mengaku bertanggung jawab atas tindakan keras aparat.
Gelombang protes yang dipimpin kalangan muda “Generasi Z” terjadi di berbagai kota seperti Kathmandu, Pokhara, Butwal, dan Biratnagar. Massa menentang praktik korupsi pemerintahan sekaligus mengecam kebijakan pemblokiran media sosial.
Pekan lalu, pemerintah Nepal resmi melarang akses ke sejumlah platform besar termasuk Facebook, Instagram, WhatsApp, YouTube, X (Twitter), Reddit, dan LinkedIn. Pemblokiran diberlakukan karena para penyedia layanan dianggap tidak mematuhi aturan registrasi aplikasi. Pemerintah berjanji mencabut larangan jika perusahaan media sosial memenuhi kewajiban tersebut.
Kebijakan ini menuai kritik tajam dari partai oposisi yang menilai pemerintah semakin represif dan membatasi kebebasan berekspresi masyarakat. MM/AC