Bangkok (MataMaluku) — Ketegangan bersenjata yang terus meningkat antara Thailand dan Kamboja memaksa pihak berwenang di kedua negara untuk menutup ratusan sekolah di wilayah perbatasan sebagai langkah antisipasi terhadap ancaman keselamatan.
Menurut laporan media lokal pada Jumat, Pemerintah Thailand menutup sementara sedikitnya 751 sekolah, sebagian besar berada di Provinsi Sisaket yang berbatasan langsung dengan Kamboja. Penutupan ini dilakukan menyusul eskalasi konflik yang semakin intensif selama dua hari terakhir.
Sementara itu, Kamboja juga mengambil langkah serupa dengan menutup 260 sekolah di Provinsi Oddar Meanchey, wilayah yang saat ini menjadi pusat pertempuran sengit, terutama di sekitar area kuil bersejarah Prasat Ta Muen Thom dan Wat Tham Suea.
Militer Thailand pada Jumat pagi mengonfirmasi bahwa pertempuran masih berlangsung dan menunjukkan peningkatan dalam skala serta intensitas. Pihak Kamboja dilaporkan kembali menggunakan sistem peluncur roket ganda BM-21 Grad yang menyasar wilayah sipil jauh di dalam wilayah Thailand.
“Pasukan kami telah melakukan respons militer yang proporsional, menyesuaikan dengan perkembangan taktis di lapangan,” ujar juru bicara militer Thailand.
Pertikaian ini memuncak menjadi konflik terbuka bersenjata sejak 24 Juli, menewaskan dan melukai puluhan orang, baik dari pihak militer maupun warga sipil di kedua negara. Ketegangan terbaru ini disebut sebagai lanjutan dari insiden baku tembak yang terjadi pada 28 Mei, di mana seorang tentara Kamboja dilaporkan tewas dalam bentrokan di zona netral yang masih dipersengketakan.
Situasi ini terus dipantau secara ketat oleh komunitas internasional, sementara seruan untuk gencatan senjata mulai bermunculan dari berbagai pihak demi mencegah meluasnya dampak kemanusiaan. MM/AC