Jakarta – Pertandingan antara Belanda dan Turki dalam perempat final Euro 2024 di Stadion Olimpiade, Berlin, pada Minggu dini hari pukul 02.00 WIB, dijamin akan penuh dengan aroma politik setelah bek tengah Merih Demiral dihukum larangan bermain dalam dua pertandingan.
Demiral, yang mencetak dua gol saat Turki mengalahkan Austria 2-1, melakukan selebrasi yang mengundang kontroversi. Selebrasinya dikaitkan dengan kelompok ekstremis Grey Wolves, yang dilarang di Austria dan Prancis karena mempromosikan kekerasan terhadap aktivis sayap kiri dan etnik minoritas pada 1980-an. Akibatnya, UEFA menjatuhkan sanksi kepada Demiral karena melanggar aturan yang melarang penggunaan arena olahraga untuk tujuan politik.
Keputusan UEFA ini menuai reaksi keras dari komunitas sepak bola dan para pemimpin Turki, termasuk Presiden Recep Tayyip Erdogan. Namun, pelatih Vincenzo Montella yang paling merasakan dampaknya, karena harus merombak timnya menjelang pertandingan melawan Belanda yang sedang berada dalam performa terbaik setelah mengalahkan Rumania 3-0 di babak 16 besar.
Selain absennya Demiral, Turki juga harus bermain tanpa Orkun Kokcu dan Ismail Yuksek yang terkena larangan bermain akibat akumulasi kartu. Sebaliknya, Belanda yang dipimpin oleh Ronald Koeman tidak menghadapi kendala berarti, dan siap mengejar penampilan semifinal keenam mereka di Piala Eropa, terakhir kali dicapai pada Euro 2004.
Meski bukan pertandingan klasik, laga ini menjanjikan pertarungan sengit karena baik Montella maupun Koeman adalah pendukung gaya permainan menyerang. Turki, yang berperingkat 42 di FIFA dan terendah di antara delapan tim perempat final Euro 2024, telah bertemu Belanda yang berperingkat 7 sebanyak 14 kali. Turki menang empat kali, kalah enam kali, dan sisanya seri. Kabar baiknya, pertemuan ini adalah yang pertama kali terjadi di Piala Eropa dan Piala Dunia. MM/AC
