Istanbul (MataMaluku) – Sedikitnya 200 tentara Amerika Serikat mulai beroperasi di Pangkalan Udara Hatzor, Israel selatan, pada Minggu (12/10) untuk memantau pelaksanaan gencatan senjata di Jalur Gaza, sebagaimana dilaporkan media Israel Kanal 12.
Meski belum ada konfirmasi resmi dari pemerintah AS maupun Israel, laporan itu menyebut pengerahan pasukan dilakukan sebagai bagian dari satuan tugas pemantau kesepakatan damai antara Israel dan Hamas.
Seorang pejabat keamanan Israel mengatakan, pembahasan mengenai penarikan lebih lanjut pasukan Israel dari Gaza belum dilakukan. Namun, utusan khusus Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff, bersama Komandan CENTCOM Laksamana Bradley Cooper dan Jared Kushner, telah meninjau Gaza untuk memastikan kepatuhan Israel terhadap tahap pertama kesepakatan tersebut.
Kunjungan Witkoff juga disebut untuk memetakan lokasi penempatan pasukan multinasional yang akan beranggotakan tentara dari negara-negara Islam, Arab, dan Eropa. Pasukan ini nantinya ditempatkan di antara wilayah perkotaan yang telah ditinggalkan pasukan Israel dan perbatasan Gaza–Israel.
Menurut laporan Kanal 12, pasukan Israel tidak akan menarik diri lebih jauh hingga Pasukan Stabilisasi Internasional mulai ditempatkan di Gaza — proses yang diperkirakan memakan waktu beberapa pekan.
Rencana pembentukan pasukan multinasional itu akan dibahas dalam KTT Perdamaian Sharm el-Sheikh di Mesir pada Senin, yang akan dipimpin bersama oleh Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan Donald Trump, serta dihadiri lebih dari 20 negara.
Pertemuan tersebut bertujuan untuk mengakhiri perang di Gaza, memperkuat stabilitas regional, dan membuka babak baru perdamaian di Timur Tengah.
Sebelumnya, Trump mengumumkan bahwa Israel dan Hamas menyetujui tahap pertama dari rencana 20 poin yang mencakup gencatan senjata, pembebasan sandera Israel dengan imbalan 2.000 tahanan Palestina, serta penarikan bertahap pasukan Israel dari Gaza.
Sejak perang dimulai pada Oktober 2023, serangan Israel yang didukung AS telah menewaskan lebih dari 67.600 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak, serta menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza.
DMS/AC