Jakarta – Sebanyak 230 Warga Negara Indonesia (WNI) yang baru saja menyelesaikan kunjungan ziarah religi mereka di Yerusalem dan berbagai kota di Israel tiba dengan selamat di Yordania pada malam Selasa (10/10). Kabar baik ini disampaikan oleh Duta Besar Indonesia untuk Yordania, Ade Padmo Sarwono, dalam sebuah wawancara beberapa waktu yang lalu.
“Alhamdulillah, 230 WNI kita yang sebelumnya melakukan ziarah ke Yerusalem dan Danau Galilea di Tiberias telah tiba di Yordania malam ini. Mereka telah berada di perbatasan antara Israel dan Yordania sejak pagi, namun mereka harus menunggu selama empat jam untuk dapat menyeberang perbatasan dan kemudian menunggu lagi di pintu perbatasan. Saat ini, mereka semua telah tiba di wilayah Yordania,” ungkap Ade.
Namun, kelegaan Ade masih belum sempurna karena ada laporan mengenai sekitar 90 WNI lainnya yang juga sedang melakukan kunjungan ziarah religi di Yerusalem, tetapi saat ini keberadaan mereka masih belum dapat dipastikan.
“Kami belum memiliki informasi pasti mengenai lokasi mereka dan jumlahnya, perkiraan menyebutkan sekitar 90 orang. Kami masih terus berupaya mencari informasi sebanyak mungkin, mengingat bahwa kami tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel,” tambahnya.
Pemerintah Indonesia telah mengimbau seluruh WNI di Israel dan Palestina untuk segera meninggalkan wilayah tersebut pada Selasa pagi, merespons situasi keamanan yang semakin memprihatinkan. Kementerian Luar Negeri segera berkoordinasi dengan tiga Kantor Kedutaan Besar Indonesia (KBRI), yaitu KBRI Amman di Yordania, KBRI Kairo di Mesir, dan KBRI Beirut di Lebanon.
Di Israel, terdapat 38 WNI yang telah menetap dalam wilayah di luar ibu kota dan 94 mahasiswa program pertukaran yang saat ini berada di Tel Aviv. Di Palestina, terdapat 10 WNI, termasuk satu keluarga yang beranggotakan lima orang, termasuk istri WNI yang memiliki kewarganegaraan Palestina, dan mereka tinggal di Jalur Gaza.
Duta Besar Indonesia untuk Yordania, Ade Padmo Sarwono, mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia telah mulai merencanakan alternatif untuk evakuasi WNI di Israel dan Palestina, mengingat situasi keamanan yang semakin memburuk akibat serangan dari Hamas ke Israel dan balasan Israel ke Jalur Gaza.
“Sejak Minggu lalu, kami telah bekerjasama erat dengan KBRI Kairo dan Jakarta untuk memulai proses evakuasi. Saat ini, satu-satunya jalur keluar adalah melalui perbatasan Israel-Mesir. Namun, saat ini pintu perbatasan Raffah ditutup karena serangan oleh Angkatan Udara Israel. Jika pintu perbatasan tersebut dibuka, WNI dapat keluar melalui sana. Namun, untuk mereka yang berada di Israel, kami sedang mencari berbagai opsi, mengingat kami tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel,” ungkap Ade.
Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, telah berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri Filipina, Enrique Manalo, untuk meminta bantuan dalam evakuasi WNI dari Israel jika diperlukan. Menteri Luar Negeri Filipina segera memberikan bantuan dan menginstruksikan tim Filipina di lapangan untuk membantu dalam evakuasi.
Upaya saling membantu dalam evakuasi warga telah menjadi praktik yang umum antara Indonesia dan Filipina. Sebelumnya, Indonesia telah membantu Filipina dalam evakuasi warganya dari Yaman pada tahun 2015, dari Kabul pada tahun 2021, dan dari Sudan pada tahun 2023.
Dalam menghadapi situasi yang semakin sulit di Tel Aviv, Ade mengungkapkan bahwa upaya evakuasi 94 mahasiswa masih belum dapat dilakukan segera karena serangan terus berlanjut di wilayah tersebut, baik dari Hamas maupun balasan Israel.
Sementara itu, untuk evakuasi WNI di Jalur Gaza, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi telah berkomunikasi dengan Presiden Palang Merah Internasional di Jenewa, Mirjana Spoljaric. Ade menjelaskan bahwa ada satu keluarga yang menginginkan untuk keluar dari Jalur Gaza, dan mereka terdiri dari lima orang, termasuk sang istri yang memiliki kewarganegaraan Palestina. Upaya evakuasi kelimanya sedang dalam koordinasi dengan KBRI Kairo.
Ade menambahkan bahwa evakuasi dari Jalur Gaza memiliki risiko yang lebih tinggi daripada dari Israel karena situasi yang tidak mudah, dengan serangan udara yang dapat terjadi kapan saja. Upaya saat ini adalah untuk mengeluarkan keluarga tersebut dengan risiko yang serendah mungkin dan membawa mereka ke Kairo. Rincian mengenai apakah mereka akan kembali ke tanah air atau menetap di lokasi lain masih dalam tahap pembahasan.
Selain upaya evakuasi, pemerintah Indonesia telah secara berulang kali menyerukan agar konflik Israel-Hamas segera dihentikan untuk mencegah korban jiwa dan kerusakan lebih lanjut. Presiden Joko Widodo mengungkapkan pentingnya menghentikan perang dan tindakan kekerasan tersebut untuk menghindari kerugian lebih lanjut.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, pada Selasa sore, jumlah korban tewas di Gaza dan Tepi Barat mencapai 920 orang, termasuk sedikitnya 260 anak-anak dan delapan wartawan. Lebih dari 4.600 warga lainnya mengalami luka-luka, dan 14.000 orang telah mengungsi ke tempat yang lebih aman. Di sisi lain, jumlah korban tewas di Israel telah mencapai lebih dari seribu orang.
Situasi konflik yang berkepanjangan ini semakin mengkhawatirkan, dan Indonesia bersama dengan masyarakat internasional terus berupaya untuk mengakhiri pertempuran ini. Matamaluku-VOA