21 Warga Kota Ambon Positif Tuberkulosis

  • Bagikan
21 Warga Kota Ambon Positif Tuberkulosis

Ambon – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Ambon mengonfirmasi lebih dari 600 terduga Tuberkulosis (TBC) di Kota Ambon, 21 diantaranya dinyatakan positif.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Ambon Wendy Pelupessy menjelaskan, setelah melaunching Gerakan Ambon Bebas TBC dua pekan lalu, Dinas Kesehatan menemukan terduga hampir 700 orang terinfeksi TBC.

“Untuk 21 orang yang positif TBC nantinya mendapat perawatan selama enam bulan,” ujar Pelupessy.

Pelupessy memastikan, petugas kesehatan akan melakukan pemeriksaan anggota keluarga serumah dari 21 orang yang terinfeksi TBC ini. Apabila terdapat gejala semuanya akan mendapatkan perawatan.

“Gerakan Ambon Bebas TBC ini benar-benar bisa menaikkan angka terduga TBC,” katanya.

Pelupessy menjelaskan, pada hari pertama launching petugas kesehatan dan kader Posyandu diberdayakan langsung bekerja. Saat ditemukan warga dengan gejala batuk lebih dari dua minggu, kader akan menghubungi petugas untuk mendatangi orang yang bergejala untuk diperiksa.

“Dari 5 Kecamatan di Kota Ambon, Kecamatan Sirimau dengan jumlah pasien positif TBC terbanyak, karena jumlah penduduk di Kecamatan Sirimau paling banyak di kota Ambon,” ungkapnya.

Untuk diketahui, Tuberkulosis (TBC) atau TB adalah penyakit menular akibat infeksi bakteri. TBC umumnya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lain seperti ginjal, tulang belakang dan otak.

Menurut WHO, sebanyak 1,5 juta orang meninggal akibat penyakit TBC di tahun 2020. Penyakit ini merupakan penyakit dengan urutan ke–13 yang paling banyak menyebabkan kematian, dan menjadi penyakit menular nomor dua yang paling mematikan setelah COVID-19.

Indonesia berada di urutan ke–3 negara dengan kasus TBC tertinggi di dunia setelah India dan China. Data tahun 2019 menunjukkan, ada sekitar 845.000 penderita TBC di Indonesia.

Penyakit ini dapat berakibat fatal bagi penderitanya jika tidak segera ditangani, meski begitu, TBC adalah penyakit yang dapat disembuhkan dan bisa dicegah.

Penularan TBC terjadi ketika seseorang tidak sengaja menghirup percikan pernafasan (droplet) saat seseorang yang terinfeksi TBC bersin atau batuk. Oleh sebab itu, risiko penularan penyakit ini lebih tinggi pada orang yang tinggal serumah dengan penderita TBC.

TBC pada paru-paru akan menimbulkan gejala berupa batuk lebih dari 3 minggu yang dapat disertai dahak atau darah, selain itu, penderita juga akan merasakan gejala lain seperti demam, nyeri dada dan berkeringat di malam hari.

Pengobatan TBC adalah dengan mengonsumsi obat sesuai dosis dan anjuran dari dokter, jenis obat yang diresepkan untuk mengatasi TBC antara lain rifampicin dan ethambutol

TBC dapat dicegah dengan vaksin BCG. Pemberian vaksin ini disarankan sebelum bayi berusia 2 bulan. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan menghindari kontak dengan orang yang sedang sakit dan memakai masker saat berada di tempat ramai. Matamaluku.com

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *